Melalui www.googlecendikia.com atau sumber lainnya
(ebook; buku; dsb); silahkan cari kajian secara teori dan empirik, tentang :
a.Kegiatan Ilmiah Sebagai Sebuah Proses;
b.Metode Keilmuan;
c.Model Penelitian
Nb : Waktu selama 3 Hari
(deadline upload jawaban dikolom komentar pada blog di item ini tanggal 19 Maret
2019, Pukul 00.00 WIB
70 komentar:
Nama : BENI IRFAN
NIM : 216 01 0150
Kelas : 6 B2 SORE
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah dimengerti.
2. Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian. Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat penting di lapangan.
4. Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who, when dan how)
2. Studi Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3. Memformulasikanh hipotesis yang diajukan
4. Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan setelah terdapat asumsi-asumsi
5. Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6. Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7. Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis yang diajukan)
8. Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9. Membuat Laporan Akhir hasil penelitian
Komponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi, dan teori.
Salah seorang pakar di bidang metode penelitian kuantitatif, Walter L. Wallace kemudian merumuskan siklus penelitian kuantitatif seperti berikut:
Teori Merumuskan konsep dan proposisi Logika penarikan Kesimpulan Logika deduksi Generalisasi empiris Menerima/ menolak hipotesis hipotesis Uji hipotesis Instrumentasi, penskalaan, sampling Pengamatan Pengukuran, ringkasan Sampel dan parameter.
Berdasarkan model penelitian di atas dapat diketahui bahwa siklus penelitian kuantitatif haruslah dimulai dengan teori dulu. Melalui logika deduktif, maka teori tersebut dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Melalui proses intrumentasi, sampling dan penskalaan maka dapatlah dilakukan penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan, maka dilakukan pengukuran, peringkasan sampel dan parameter maka dapatlah dirumuskan generalisasi empirisnya. Setelah itu dilakukan perumusan konsep dan melalui proses induksi maka akan menjadi teori lagi. Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau memverifikasi teori yang sudah ada.
B. Metode Keilmuan
Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru.
Menurut Ading Nasrulloh (2009) pengetahuan itu harus dikandung oleh filsafat, lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah.
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan
Konsep dalam metode keilmuan merupakan ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian.
Model adalah suatu gambaran abstrak (citra) yang diperlukan terhadap sekelompok fakta atau gejala. Hipotesis adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pangkal penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik
Metode, pendekatan, dan teknik merupakan hal yang berbeda, walaupun saling bertalian. Metode keilmuan adalah cara kerja atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan data dan mempergunakan data. Pendekatan adalah ukuran-ukuran baku untuk memilih masalah atau data yang bertalian.
Teknik, juga berbeda dengan metode keilmuan. Teknik merupakan cara-cara operasional, dalam arti yang lebih terinci dan bersifat rutin dan mekanis untuk memperoleh dan menangani data di dalam penelitian keilmuan.
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan
Konsep dalam metode keilmuan merupakan ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian.
Model adalah suatu gambaran abstrak (citra) yang diperlukan terhadap sekelompok fakta atau gejala. Hipotesis adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pangkal penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik
Metode, pendekatan, dan teknik merupakan hal yang berbeda, walaupun saling bertalian. Metode keilmuan adalah cara kerja atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan data dan mempergunakan data. Pendekatan adalah ukuran-ukuran baku untuk memilih masalah atau data yang bertalian.
Teknik, juga berbeda dengan metode keilmuan. Teknik merupakan cara-cara operasional, dalam arti yang lebih terinci dan bersifat rutin dan mekanis untuk memperoleh dan menangani data di dalam penelitian keilmuan.
C. MODEL PENELITIAN,
MODEL-MODEL PENELITIAN
1. Berdasarkan Tempat
a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi fokus lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.
b. Penelitian Laboratorium
suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khsus untuk melakukan penyelidikan terhadap segala gejala tertentu melalui tes-tes stau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.
c. Penelitian Lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi dilokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.
Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
Penelitian dasar
Penelitian yang bermula darikenyatan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah. Penelitian semacam ini biasanya dilakukan untuk penelitian suatu teori melalui pengujian hipotesis, yang dirumuskan berdasarkan teori tertentu karena belum ada teori yang berkaitan dengan kenyataan objektif yang sedang diamati
Penelitian Vertical
Yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemusian dihubungkan dengan kenyataan objektif yang di amati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut. Hasil penelaahan bisa mengukuhkan teoriyang diperiksa bisa juga menolaknya, tumbanglah teori yang diperiksa dan lahirlah teori yang baru.
Penelitian Survey
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala yang berlangsungdi lokasi penelitian. Lazimnya dilakukan terhadap suatu unit sampel bukan terhadap suatu unit sasaran.
Berdasarkan Jenis
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
b. Penelitian Deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan. Tetapi mulai digunakan sebagai landasan untuk menentukan editorial kriteria pengukuran terhadapa yang diamati dan akan diukur.
c. Penelitian konformatif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua fariabel atau lebih yang jenis ini dukunga teori telah dibutuhkan, baik untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk menntukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, diantaranya melalui pengujian hipotesis.
Menurut fungsi
a. Penelitian terapan, penelitian untuk memperoleh kejelasan hubungan antar fakta data informasi,guna pemecahan masalah.
b. Penelitian dasar: Penelitian untuk menemukan keteraturan/ order berbentuk prinsip, dalil/kaidah, hukum atau teori guna pengembangan ilmu.
Menurut Pendekatan Penelitian kuantitatif/positifistik:
d. Penelitian bersifat obyektif, kuantitatif, fixed, menggunakan instrumen standar, guna menghasilkan inferensi, generalisasi prediksi.
e. Penelitian kualitatif / naturalistik: Penelitian bersifat holistik, kualitatif, subyektif, terbuka, integral, konteksual, rasional, menggunakan penelitian sebagai instrumen, guna menghasilkan deskripsi yang utuh dari suatu keadaan.
2. Menurut Sifat
a. Penelitian deskriptif: Meneliti kondisi dan situasi yg ada sekarang, berupa gambaran / keterkaitan antar hal tanpa pengontrolan terhadap hal-hal lainnya.
b. Penelitian eksperimental: Mengadakan pengujian hubungan sebab akibat antar variabel dengan pengontrolan terhadap variabel-variabel lainnya.
c. Penelitian histori: Meneliti peristiwa-peristiwa yg telah terjadi di masa yg lampau.
d. Penelitian Pengembangan: Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi, lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru (model, paradigma, sistem software, dll)
Nama : Desy Pratiwi
Nim : 216.01.0149
Kelas VI B2 Sore
Mk Metodologi Penelitian
A. Kegiatan ilmiah / penelitian ilmiah menurut apa yang telah saya baca adalah sebuah proses tahapan pengolahan data dan pengumpulan data untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran data secara sistematis dan logis melalui metode-metode ilmiah yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada data tersebut.
menurut bapak nugroho ada beberapa langkah dalam proses kegiatan ilmiah, sbb :
1. memilih dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti,
2. melakukan survei terhadap data yang telah tersedia,
3. menformulasikan hipotesa yang ada,
4. membangun kerangka analisa dalam menguji hipotesa,
5. mengumpulkan data yang primer,
6. mengolah serta menganalisa dalam membuat interpretasi penafsiran,
7. membuat generalisasi serta kesimpulan,
8. membuat sebuah laporan hasil penelitian.
B. metode keilmuan yaitu langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru dari berbagai aspek dan para ahli guna mendapatkan jawaban yang kita inginkan, namun ilmu tidak bisa hanya dilihat dari aspek pengamatan atau percobaan tetapi melalui proses analisis, uraian dan survei, dan dalam mendapatkan pengetahuan kita harus memiliki dasar yaitu secara penalaran, logika dan sumber.
=> ada 2 metode dalam keilmuan yaitu :
1. metode secara rasionalisme, dan
2. metode secara empirisme.
C. model penelitian adalah suatu konsep rancangan atau ide atau gambaran terhadap data secara sistematis dan ilmiah yang berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan.
=> dalam membuat model penelitian ada 2 tahapan utama, yaitu sbb:
1. identifikasi hubungan antara rumusan masalah satu dengan yang lainnya,
2. identifikasi teori hubungannya dengan rumusan masalah.
=> pada umumnya ada 3 pendekatan sistematika dalam model penelitian :
1. pendekatan berdasarkan qualitatif,
2. pendekatan berdasarkan quantitatif,
3. pendekatan berdasarkan keduanya atau campuran.
Nama:Noviyansyah
NIM : 216.01.0148
Kelas : VI B2
A. kegiatan ilmiah sebagai sebuah proses
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah dimengerti.
2. Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian. Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat penting di lapangan.
4. Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who, when dan how)
2. Studi Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3. Memformulasikanh hipotesis yang diajukan
4. Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan setelah terdapat asumsi-asumsi
5. Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6. Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7. Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis yang diajukan)
8. Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9. Membuat Laporan Akhir hasil penelitian
Komponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi, dan teori.
Salah seorang pakar di bidang metode penelitian kuantitatif, Walter L. Wallace kemudian merumuskan siklus penelitian kuantitatif seperti berikut:
teori
Merumuskan konsep dan proposisi
Logika penarikan
Kesimpulan
Logika deduksi
Generalisasi
empiris
Menerima/ menolak
hipotesis
hipotesis
Uji hipotesis
Instrumentasi, penskalaan, sampling
Pengamatan
Pengukuran,
ringkasan
Sampel dan
parameter
Berdasarkan model penelitian di atas dapat diketahui bahwa siklus penelitian kuantitatif haruslah dimulai dengan teori dulu. Melalui logika deduktif, maka teori tersebut dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Melalui proses intrumentasi, sampling dan penskalaan maka dapatlah dilakukan penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan, maka dilakukan pengukuran, peringkasan sampel dan parameter maka dapatlah dirumuskan generalisasi empirisnya. Setelah itu dilakukan perumusan konsep dan melalui proses induksi maka akan menjadi teori lagi. Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau memverifikasi teori yang sudah ada.
B. Model Keilmuan
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan
Konsep dalam metode keilmuan merupakan ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian.
Model adalah suatu gambaran abstrak (citra) yang diperlukan terhadap sekelompok fakta atau gejala. Hipotesis adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pangkal penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik
Metode, pendekatan, dan teknik merupakan hal yang berbeda, walaupun saling bertalian. Metode keilmuan adalah cara kerja atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan data dan mempergunakan data. Pendekatan adalah ukuran-ukuran baku untuk memilih masalah atau data yang bertalian.
Teknik, juga berbeda dengan metode keilmuan. Teknik merupakan cara-cara operasional, dalam arti yang lebih terinci dan bersifat rutin dan mekanis untuk memperoleh dan menangani data di dalam penelitian keilmuan.
C. MODEL PENELITIAN,
MODEL-MODEL PENELITIAN
1. Berdasarkan Tempat
a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi fokus lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.
b. Penelitian Laboratorium
suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khsus untuk melakukan penyelidikan terhadap segala gejala tertentu melalui tes-tes stau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.
c. Penelitian Lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi dilokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.
Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
Penelitian dasar
Penelitian yang bermula darikenyatan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah. Penelitian semacam ini biasanya dilakukan untuk penelitian suatu teori melalui pengujian hipotesis, yang dirumuskan berdasarkan teori tertentu karena belum ada teori yang berkaitan dengan kenyataan objektif yang sedang diamati
Penelitian Vertical
Yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemusian dihubungkan dengan kenyataan objektif yang di amati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut. Hasil penelaahan bisa mengukuhkan teoriyang diperiksa bisa juga menolaknya, tumbanglah teori yang diperiksa dan lahirlah teori yang baru.
Penelitian Survey
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala yang berlangsungdi lokasi penelitian. Lazimnya dilakukan terhadap suatu unit sampel bukan terhadap suatu unit sasaran.
Berdasarkan Jenis
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
b. Penelitian Deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan. Tetapi mulai digunakan sebagai landasan untuk menentukan editorial kriteria pengukuran terhadapa yang diamati dan akan diukur.
c. Penelitian konformatif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua fariabel atau lebih yang jenis ini dukunga teori telah dibutuhkan, baik untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk menntukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, diantaranya melalui pengujian hipotesis.
Menurut fungsi
a. Penelitian terapan, penelitian untuk memperoleh kejelasan hubungan antar fakta data informasi,guna pemecahan masalah.
b. Penelitian dasar: Penelitian untuk menemukan keteraturan/ order berbentuk prinsip, dalil/kaidah, hukum atau teori guna pengembangan ilmu.
Menurut Pendekatan Penelitian kuantitatif/positifistik:
d. Penelitian bersifat obyektif, kuantitatif, fixed, menggunakan instrumen standar, guna menghasilkan inferensi, generalisasi prediksi.
e. Penelitian kualitatif / naturalistik: Penelitian bersifat holistik, kualitatif, subyektif, terbuka, integral, konteksual, rasional, menggunakan penelitian sebagai instrumen, guna menghasilkan deskripsi yang utuh dari suatu keadaan.
2. Menurut Sifat
a. Penelitian deskriptif: Meneliti kondisi dan situasi yg ada sekarang, berupa gambaran / keterkaitan antar hal tanpa pengontrolan terhadap hal-hal lainnya.
b. Penelitian eksperimental: Mengadakan pengujian hubungan sebab akibat antar variabel dengan pengontrolan terhadap variabel-variabel lainnya.
c. Penelitian histori: Meneliti peristiwa-peristiwa yg telah terjadi di masa yg lampau.
d. Penelitian Pengembangan: Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi, lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru (model, paradigma, sistem software, dll)
NAMA : DESTA MELANTA
NIM : 216.01.0138
KELAS : 6B2 MANAJEMEN SORE
A. Kegiatan Ilmiah Sebagai Sebuah Proses
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
Ada beberapa jenis metode dalam penelitian antara lain :
1. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ada 2 (dua) macam yaitu basic research atau penelitian dasar, dan applied research atau penelitian terapan.
2. Berdasarkan bidang yang diteliti, ada 2 (dua) macam yaitu field research yang dilakukan langsung di lapangan; library research yang dilaksanakan dengan menggunakan teori atau pustaka dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya; dan laboratory research yaitu penelitian yang dilakukan di tempat tertentu seperti laboratorium.
3. Berdasarkan teknik yang digunakan ada 2 (dua) jenis yaitu survey research, tidak adanya perubahan atau perlakukan khusus terhadap variabel yang sedang diteliti; dan experimen research yaitu penelitian dengan adanya perubahan atau perlakukan khusus terhadap variabel yang sedang diteliti.
4. Berdasarkan keilmiahannya, terdapat dua jenis yaitu penelitian ilmiah dan penelitian non ilmiah. Yang dimaksud dengan penelitian ilmiah adalah penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah seperti mengungkapkan pokok pikiran dan menyimpulkan dengan prosedur yang sistematis disertai dengan pembuktian ilmiah. Sedangkan penelitian non ilmiah adalah kebalikan dari penelitian ilmiah yaitu penelitian yang tidak menggunakan kaidah-kaidah keilmiahan.
B. METODE KEILMUAN
Metode ilmu atau metode keilmuan menurut http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=14 adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru.
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya. Ada dua metode dalam keilmuan yaitu Metode secara Rasionalisme dan Metode secara Empiris.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei. Bahkan, prosedur keilmuan yang terkait dalam metode ilmu dimaksud meliputi pula prosedur-prosedur logis, misalnya; induktif, deduktif, abstraksi, dan penalaran, yang semuanya termasuk di dalam ruang lingkup metode ilmu.
C. MODEL PENELITIAN
Model Penelitian (selanjutnya disingkat MP) adalah satu komponen pada penulisan Skripsi, dan Tesis/ Disertasi,. yang berfungsi yaitu sebagai Kerangka Berpikir atau disingkat KB dalam menyusun penelitian secara sistematika, empiris, dan terkontrol.
Ada 3 pendekatan secara sistematika model penelitian, Menurut Creswell (1998:15) penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, dalam penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami. Sedangkan perbedaan metode pada proposal penelitian kualitatif. Kuantitatif adalah disusun secara narasi dan bersifat penemuan maka peneliti diharuskan berbekal teori dan wawasan yang luas sehingga bisa melakukan wawancara, analisa dan mengkonstruksi objek yang diteliti bisa menjadi lebih jelas. Kuantitatif dapat menggunakan Asosiatif atau Komparatif dalam penelitian ini.
Ada pula penelitian yang dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan tersebut yaitu Mixed of Quantitative and Qualitative yang berarti menggabungkan (campuran) 2 pendekatan dalam satu penelitian.
Nama : Ressa Sepria
NIM : 216.01.0098
Kelas : 6 B2 SORE
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah dimengerti.
2. Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian. Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat penting di lapangan.
4. Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who, when dan how)
2. Studi Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3. Memformulasikanh hipotesis yang diajukan
4. Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan setelah terdapat asumsi-asumsi
5. Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6. Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7. Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis yang diajukan)
8. Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9. Membuat Laporan Akhir hasil penelitianomponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi, dan teori.
Salah seorang pakar di bidang metode penelitian kuantitatif, Walter L. Wallace kemudian merumuskan siklus penelitian kuantitatif seperti berikut:
Teori Merumuskan konsep dan proposisi Logika penarikan Kesimpulan Logika deduksi Generalisasi empiris Menerima/ menolak hipotesis hipotesis Uji hipotesis Instrumentasi, penskalaan, sampling Pengamatan Pengukuran, ringkasan Sampel dan parameter.
Berdasarkan model penelitian di atas dapat diketahui bahwa siklus penelitian kuantitatif haruslah dimulai dengan teori dulu. Melalui logika deduktif, maka teori tersebut dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Melalui proses intrumentasi, sampling dan penskalaan maka dapatlah dilakukan penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan, maka dilakukan pengukuran, peringkasan sampel dan parameter maka dapatlah dirumuskan generalisasi empirisnya. Setelah itu dilakukan perumusan konsep dan melalui proses induksi maka akan menjadi teori lagi. Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau memverifikasi teori yang sudah ada.
B. metode keilmuan yaitu langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru dari berbagai aspek dan para ahli guna mendapatkan jawaban yang kita inginkan, namun ilmu tidak bisa hanya dilihat dari aspek pengamatan atau percobaan tetapi melalui proses analisis, uraian dan survei, dan dalam mendapatkan pengetahuan kita harus memiliki dasar yaitu secara penalaran, logika dan sumber.
ada 2 metode dalam keilmuan yaitu Sebagai berikut :
1. metode secara rasionalisme, dan
2. metode secara empirisme.
C. MODEL PENELITIAN
Ada 3 pendekatan secara sistematika model penelitian, Menurut Creswell (1998:15) penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, dalam penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami. Sedangkan perbedaan metode pada proposal penelitian kualitatif. Kuantitatif adalah disusun secara narasi dan bersifat penemuan maka peneliti diharuskan berbekal teori dan wawasan yang luas sehingga bisa melakukan wawancara, analisa dan mengkonstruksi objek yang diteliti bisa menjadi lebih jelas. Kuantitatif dapat menggunakan Asosiatif atau Komparatif dalam penelitian ini.
Ada pula penelitian yang dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan tersebut yaitu Mixed of Quantitative and Qualitative yang berarti menggabungkan (campuran) 2 pendekatan dalam satu penelitian.
Nama : Irdiani Khusnia
NIM : 216010133
Kelas :B2 Manajement Sore semester 6
A. Kegiatan Ilmiah Sebagai Sebuah Proses
Kegiatan Ilmiah Atau Penelitian ilmiah adalah Sebuah Proses kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsip yang mendasar. Metode ilmiah juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi.
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas,
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik,
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas,
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis,
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional,
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna,
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat ,
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Nama : Irdiani Khusnia
NIM : 216010133
B. Metode Keilmuan
Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru.
Menurut Ading Nasrulloh (2009) pengetahuan itu harus dikandung oleh filsafat, lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah.
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
C ModelPenelitian
Didasarkan atas metode yang digunakan dalam penelitian, maka model penelitan dapat dikelompokkan menjadi 3 model yakni, Penelitian Deskriptif, Penelian Sejarah dan penelitian Eksperimental.
1. Penelitian Deskriptif adalah menjelaskan kondisi yang ada pada masa sekarang atau dapat disebut mendeskripsikan suatu gejala dan peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sax,1979 : 17-18; Nana Sudjana & Ibrahim, 1989 : 64).
2. Penelitian Sejarah merupakan penelitian yang melihat dari peristiwa dan perkembangan di masa lampau.
3. Penelitian Eksperimental merupakan suatu metode sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan.
Nama: Yuliana/6B
Nim : 216 010 132
A.Secara teori kegiatan.ilmiah ABG sebuah proses karena merupakan salah satu dasar/landasan dlm mengembangkan ilmu,fakta ilmiah yg dikumpul dijadikan landasan dan acuan guna menghindari pengetahuan baru berdasarkan fakta ilmiah sebelumnya,sedangkan secara empiris dpt dikatakan kegiatan ilmiah ABG sebuah proses yaitu pembuktian fakta2 yg diperoleh ttg kebenaran hipotesis yg kita buat setelah melalui tahapan2 proses penelitian.
Logika & empiris merupakan 2 pilar ilmu pengetahuan yg saling berhubungan,tanpa landasan fakta ilmiah IP sulit berkembang.
Teori mengarahkan pd kenyataan empiris untuk itulah kajian2 dlm sebuah proses untuk membuktikan kebenaran antara 2 peristiwa.
Hubungan timbal balik antara teori dan praktek,antara berpikir deduktif dan induktif tidak boleh terputus,ttp harus sll dikembangkan dlm sebuah metode penelitian guna penarikan kesimpulan secara ilmiah.
B.Metode Keilmuan (babbie 1992) ada 2 pilar (logika deduktif/rasionalitas dan pengamatan/empiris) ke2 metode tsb dikembangkan dlm penalaran yg dikembangkan dlm metode ilmiah sehingga IP dpt berkembang terus( pengetahuan baru),metode keilmuan memiliki langkah2 baku(Ada masalah & perumusan masalah,perumusan hipotesi,pengamatan & pengumpulan data,penyusunan,menyimpulkan,,pengujian/perivikasi hasil)yg bisa di tempuh dlm sebuah keilmuan,metode ilmiah mengandung struktur rasional dr sebuah penyelidikan ilmiah yg melakukanya,disusun sbg dugaan,ramalan/prediksi serta pengujian2.
C.Metode penelitian itu merupakan cara ilmiah agar bs memperoleh dan bs mengumpulkan data dg fungsi dan tujuan tertentu.
Syarat serta ciri2 keilmuan yakni empiris,rasional dan sistematis.
Jenis2 penelitian :
1.harus berdasarkan pd tujuan(penelitian eksploratif,diskriptif,eksplonatoris)
2.berdasarkan manfaat (penelitian murni/dasar,terapan/memecahkan problem,Aksi/Mecari solusi terbaik,kebijakan,evaluasi).
Penelitian jg ada macam2 metode yaitu berdasarkan :
a.MP historis,berhubungan.dg kejadian ms lalu
b.MP deskriptif,mcri dan menentukan sebuah IP yg sesuai dgn penemuan
c. MP Korelasional,menghubungkan 1 variabel dg yg lain.
d.MP eksperimental, memanipulasi dr kondisi dan situasi alamiah untuk menciptakan kondisi buatan.
KELAS : 6B2 MANAJEMEN
NAMA : SURIATI
A. KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SUATU PROSES
• Paradigma ilmu memiliki peranan penting bahkan sangat penting dalam proses keilmuan. Paradigma ilmu berfungsi:
1. Memberikan kerangka, mengarahkan, bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan.
2. Paradigma ilmu juga berfungsi sebagai lensa yang melaluinya para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut.
• Paradigma secara umum juga bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari. Atau dengan ibarat lain paradigma merupakan sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya (world view).
• Paradigma menurut Thomas Samuel Kuhn adalah: cara-cara meninjau benda-benda, asumsi yang dipakai bersama yang mengandung pandangan dari suatu zaman dan pendekatannya atas masalah-masalah ilmiah. Istilah paradigma dalam artian teknis tersebut bertalian dengan filsafat ilmu
• Thomas Samuel Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu.
• Dengan memakai istilah paradigma, ia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata, termasuk di dalamnya hukum, teori, aplikasi dan instrumentasi yang menyediakan model-model, yang menjadi sumber konsistensi tradisi riset ilmiah tertentu.
• Pokok paradigma adalah pandangan fundamental atau pandangan mendasar yang menjadi asumsi dasar dan sekaligus aturan main dalam suatu disiplin ilmu. Pandangan mendasar itu diperoleh dari kesatuan consensus dalam satu disiplin ilmu tertentu.
• Secara umum paradigma ilmu pengetahuan modern atau sains adalah objektivitas dan rasional. Sesuatu disebut ilmiah, kalau memiliki sifat obyektivitas dan rasionaltas. Jika tidak memiliki persyaratan itu, maka secara paradigmatik, ia bukan ilmu pengetahuan ilmiah.
• Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan fundamental proses keilmuan manusia, yaitu bagaimana, apa dan untuk apa.
• Tiga pertanyaan mendasar itu kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, yaitu:
1. Dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat dari suatu yang dapat diketahui (knowable), atau sebenarnya apa hakikat dari suatu realitas (reality). Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata (what is nature of reality?).
2. Dimensi epistimologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dan objek yang ditemukan know/knowable?.
3. Dimensi axiologis, yang dipermasalahkan adalah peran nilai-nilai dalam suatu kegiatan penelitian.
4. Dimensi retorik, yang dipermasalahkan adalah bahasa yang dipergunakan dalam penelitian.
5. Dimensi metodologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, bagaimana cara atau metodologi yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan?
• Proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia menurut Thomas Samuel Kuhn tidak dapat terlepas sama sekali dari apa yang disebut keadaan-“normal science” dan “revolutionary science”.
• Ada empat tahap dalam proses perkembangan ilmu:
a) Pertama, sains normal (normal science), dalam wilayah ini semua ilmu pengetahuan telah tertulis dalam textbook. Para komunitas ilmiah pada keadaan ini telah terbiasa memecahkan persoalan lewat cara-cara yang biasa berlaku secara konvensional, cara-cara standar, cara-cara yang sudah terbakukan dan mapan.
b) Kedua, keganjilan-keganjilan (anomalies), tahapan ini merupakan titik awal dari adanya tahapan berikutnya (revolutionary science). Dalam tahapan ini ditemukan berbagai macam keganjilan-keganjilan. keganjilan-keganjilan ini disebabkan karena adanya banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan.
c) Ketiga, krisis, keadan krisis merupakan suatu mekanisme koreksi diri yang memastikan bahwa kekakuan pada sains normal tidak akan berkelanjutan. Keadaan yang seperti ini muncul ketika suatu komunitas ilmiah mulai mempersoalkan kesempurnaan paradigmanya.
d) Keempat, revolusi sains (revolutionary science), tahapan ini terjadi ketika suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan krisisnya dengan menyusun diri di sekeliling paradigma baru. Bila suatu komunitas ilmiah menyusun diri kembali di sekeliling suatu paradigma baru, maka ia memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi-asumsi, bahasa-bahasa dan cara-cara mengamati dan memahami alam ilmiahnya dengan cara baru.
e) Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu wujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode
(http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/06/prosedur-pencarian-ilmu.html#ixzz1blfu1Fib
B. METODE KEILMUAN
Metode keilmuan adalah rangkaian prosedur tertentu guna mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula untuk memperoleh pengetahuan. Kerangka dasar prosedur itu terdiri atas enam langkah:
• Menyadari adanya masalah dan merumuskan masalah; bermula dari pertanyaan. (Seperti, Mulai dari masalah, berawal dari pertanyaan, seperti; Mengapa langit biru? Mengapa segalala sesuatu jatuh ke tanah? Mengapa air laut asin? Mengapa mengangkat benda di air terasa lebih ringan?)
• Melakukan pengamatan dan mengumpulkan data yang relevan;
• Menyusun atau mengklasifikasi data;
• Merumuskan hipotesis;
• Mengembangkan deduksi dari hipotesis;
• Menguji kebenaran (verifikasi) hipotesis.(Ruhcitra).
Seseorang bertanya menandakan bahwa dia telah memiliki kebenaran atau pengetahuan sebelumnya. Bertanya menandakan dia tahu. Bertanya menandakan bahwa kemungkinan pengetahuan baru sedang dikembangkan.
Kemampuan seseorang dalam penguasaan ilmu adalah adalah melalui pengembangan kemampuan berpikir yang tidak terlepas dari empat prinsip di bawah ini.
• Berpikir itu adalah pengalaman
• Bahan berpikir bukanlah pikiran, tetapi tindakan, fakta, peristiwa, dan data. Dengan kata lain, untuk berpikir secara efektif seseorang pasti harus melakukan tindakan, memiliki fakta dan data, punya pengalaman yang akan menyediakan sumber daya kepadanya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.
• Bahan pemikiran itu dapat berbentuk tindakan seperti pengalaman belajar dalam memperoleh keterampilan seperti membaca, mengeja, menulis, menggambar, menjelaskan; memperoleh informasi seperti melalui pelajaran sejarah dan geografi serta media masa, dan melatih berpikir untuk mengintegrasikan pengalaman dalam pikirannya.
• Berpikir itu berkorelasi dengan fakta, data, pengetahuan yang telah diperoleh, saran-saran, kesimpulan, prediksi, pengandaian, dan hasil pengamatan. Dengan proses situ mereka mendefinisikan, memperjelas, dan menemukan pertanyaan; dan memasok informasi agar dapat menyusun jawaban.
• Berpikir yang efektif itu jika dilakukan dengan rendah hati mengikuti teori yang bermartabat, dengan cara itu mereka dapat mengantisipasi dan memperoleh solusi tentang bagaimana yang seharusnya serta memahami mengapa kondisi yang mereka hadapi tidak seperti yang seharusnya.
Kecakapan seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan sebagaimana diungkapkan Djam,an Satori mengutif kaidah yang disusun oleh John Dewey meliputi lima tahap di bawah ini.
• Mengetahui (to know)
• Memahami (to understand)
• Menjelaskan (to explain)
• Memprediksi (to predict)
• Mengontrol(to control)
Kemampuan seseorang dalam menerapkan pikiran dalam meningkatkan pengusaan ilmu pengetahuan meliputi tahap berikut (1) mengingat (2) memahami (3) menerapkan (4) menganalisis (5) mensintesis (6) mengevaluasi. Aliran yang mengembangkan teori ini belakangan menambahkan satu kemampuan tertinggi yaitu berkreasi.
Pentahapan itu tidak selalu menunjukkan urutan berpikir manusia. Oleh karena itu sebagaimana yang diungkap Plato bahwa manusia tidak mempelajari apa pun, ia hanya mengingat pada hal yang sudah diketahui. Belajar adalah memastikan dapat mengubah yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Dengan berbekal pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya manusia bertanya, dan mencari jawatan sehingga membangun pengetahuan baru.
Lembaga Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO mengembangkan empat pilar pendidikan (1) learning to know (2) learning to do (3) learning to live together (4) learning to be. Kempat pilar tersebut mensyaratkan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari konsep membangun ilmu pengetahuan, meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan meningkatkan kecerdasan sosial yang mendukung konsep bahwa belajar itu merupakan proses interaksi sosial dan pembelajaran adalah upaya untuk menjadikan siswa sebagai dirinya sendiri. Menjadi manusia yang berilmu dan bermartabat.
Strategi Pembelajaran
Mempelajari ilmu pengetahuan berawal dari masalah, dari pertanyaan, memahami teori, juga secara sistematis pembelajaran perlu memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam aktivitas berpikir dan membangun keterampilan. Validasi pengetahuan dapat dilakukan melalui model pembelajaran seperti di bawah ini;
• Merumuskan masalah tentang apa yang ingin diketahuinya.
• Melaksanakan observasi apa yang terjadi atau fenomena;
• Memprediksi apa yang bakal terjadi;
• Menguji prediki di bawah control, dan mendapat rangsangan untuk melakukan perbaikan jika melakukan kesalahan;
• Mengembangkan perhatian terhadap yang diobserasi;
• Menyusun jawaban atau membuktikan kebenaran prediksi
Secara sistematis belajar memerlukan informasi, fakta, data, pengetahuan yang telah diperoleh, saran-saran, kesimpulan, prediksi, pengandaian, dan hasil pengamatan sehingga belajar merupakan interaksi sosial dalam mengeksplorasi. (1) meningkatkan pemahaman masalah (2) pemahaman konsep, termasuk observasi, prediksi, menguji prediksi (3) melakukan eksplorasi, elaborasi informasi pemecahan masalah (4) meningkatkan ketertarikan siswa melalui menciptakan kreasi menerapkan konsep. (5) menyusun jawaban atas prediksi atau pertanyaan yang hendak diketahuinya. Pertanyaan yang hendak diketahuinya dalam rencana pembelajaran semestinya terdapat dalam tujuan belajar.
Pandangan seperti itu tentu sangat teoritis. Namun demikan sekema berpikir sistematis seperti itu hendaknya dipertimbangkan dalam memilih sejumlah indikator yang tertuang dalam rencana pembelajaran sehingga susunannya harus sistematis dan memenuhi kaidah pengembangan berpikir siswa.
Dengan demikian indikator pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan dari sejumlah strategi mengembangkan pengalaman berpikir, bertindak dalam menyempurnakan ketrampilan serta mengembangkan perasaan dengan menggunakan asumsi bahwa belajar itu;
Mengembangkan pengetahuan dengan cara menjawab pertanyaan dasar apa yang sesungguhnya yang hendak siswa ketahui untuk menyempurnakan keterampilannya;
• Memahami masalah
• Memahami konsep teori untuk memacahkan masalah.
• Menetapkan prediksi apa yang bakal terjadi
• Menghimpun informasi, fakta, data, pengetahuan yang telah diperoleh, saran-saran, kesimpulan, prediksi, pengandaian, dan hasil pengamatan.
• Membangun kesepakatan jika hal itu memungkinkan.
• Membuktikan kebenaran prediksi
• Menyusun pengtahuan baru.
• Menerapkan pengetahuan secara berulang-ulang sehingga menjadi penguatan dalam melakukan perbaikan keterampilan dalam bentuk tindakan seperti membaca, mengeja, menulis, menggambar, menjelaskan; memperoleh informasi, menyebarkan informasi, dan melatih berpikir untuk mengintegrasikan dengan pengalaman melakukan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Memperhatikan semua kaidah yang diuraikan itu, maka guru perlu menyeleksi prinsip mana saja yang akan diterapkannya dalam kegiatan pembelajaran melalui pemilihan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan kebutuhan pengembangan siswa dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Berbagai metode keilmuan itu dapat guru gunakan sebagai landasan pemikiran untuk mengembangkan model-model pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan struktur indikator pembelajaran yang sejalan dengan berbagai kaidah keilmuan atau meramu dalam berbagai variasi yang paling mungkin dapat mendukung efektivitas siswa belajar. Berikut model persiapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
1. Merumuskan pertanyaan tentang masalah yang ingin siswa pelajaran (apa yang hendak siswa ketahui dalam pertemuan selama dua jam pelajaran)
2. Menghimpun informasi tentang masalah(Seperti : Mengapa itu terjadi? Bagaimana prosesnya? Apa dampaknya?) melalui kegiatan membaca, menulis, menggambar, menjelaskan, merumuskan informasi, menyebarkan informasi, dan melatih, bekerja sama.
3. Mengekplorasi informasi yang berkenaan dengan materi pelajaran ( teori, keterangan, fakta, data, pengetahuan yang telah diperoleh, saran-saran, kesimpulan, prediksi, pengandaian, dan hasil pengamatan. Dengan proses situ mereka mendefinisikan, memperjelas, dan menemukan pertanyaan; dan memasok informasi agar dapat menyusun jawaban)
4. Meyusun prediksi
5. Menunjukkan bukti-bukit (dalam membuktikan kebenaran)
6. Menyajikan kesimpulan secara ringkas dalam bentuk
7. Mempublikasikan hasil belajar dalam kelas
Dari rumusan di atas, dapat diturunkan struktur tujuan pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa dapat merumuskan permasalahan yang akan dipelajarinya.
2. Siswa dapat menghimpun dua jenis teori yang berkaitan dengan poroses pemencahan masalah
3. Siswa dapat mengeksplorasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah(seperti:teori, keterangan, fakta, data, pengetahuan teman, saran-saran, kesimpulan, prediksi, pengandaian, atau hasil pengamatan) yang berkenaan dengan pemecahan masalah)
4. Siswa dapat merumuskan prediksi jika masalah terpecahka
5. Siswa dapat memecahkan masalah dengan menggunakan informasi yang dihimpunnya
6. Siswa dapat merumuskan kesimpulan hasil belajar secara ringkas
7. Siswa dapat menyampaikan kesimpulan secara tertulis
Aktivitas belajar yang ditunjukkan dengan kata oprasional mengikuti kaidah metode ilmu pengetahuan, terukur, mengembangkan pengetahuan, sampai meningkatkan keterampilan, dan diakhiri dengan penampilan produk belajar.
Tinggal masalahnya adalah bagaimana guru terlatih mengelola kelas, merangsang siswa dengan berbagai peraga, menyediakan informasi yang cukup untuk dieksplorasi, menyediakan waktu yang efisien untuk mengelaborasi seluruh informasi dalam interaksi sosial dalam kelas dan menggunakan tatap muka, tugas mandiri terstruktur, dan tugas mandiri tidak terstruktur dalam sistem yang efektif.
C. MODEL PENELITIAN
Sering kali para peneliti pemula, atau peneliti dengan kapasitas metodologi penelitian kuantitatif yang kurang memadahi, terjebak dalam alur model penelitian. Saya mencoba untuk menguraikan bahwa model penelitian atau paradigma penelitian itu suatu hal yang sama, apakah berbentuk persamaan matematis, ataupun berbasis pada visual atau gambar, untuk beberapa software seperti Amos, Smart PLS, Warp PLS, Gesca, kita bisa menggunakan gambar untuk melakukan analisis korelasional pada model penelitian yang akan kita teliti.
Tapi, hati-hati terkadang pengembangan model penelitian disalah artikan menjadi model pengembangan produk, seperti dalam penelitian R&D (Research and Development/penelitian dan pengembangan. Lalu pertanyaannya apakah kita tidak bisa mengembangkan model penelitian?. Jawabannya tentu saja bisa. Penelitian dan pengembangan bukanlah semata-mata kita gunakan untuk penelitian terapan seperti membuat produk ilmiah semata seperti model pelatihan, model manajemen, model evaluasi, model pembelajaran, dan model yang lain. Tetapi untuk penelitian dasar justru R&D adalah sumber kemajuan marwah keilmuan.
Pengembangan suatu teori berasal dari penelitian dan pengembangan, seperti teori perdagangan internasional dalam ilmu ekonomi, awalnya adalah teori merkantilisme oleh Thomas Mun, dikembangkan lagi menjadi teori keunggulan mutlak Adam Smith, kemudian dikembangkan oleh David Ricardo menjadi teori keunggulan relatif, kemudian dikembangkan lagi Teori Proportional Factors oleh Heckscher dan Ohlin, kemudian dikembangkan lagi oleh Wassily Leontief menjadi paradoks Leontief, dan berkembang seterusnya menjadi teori keunggulan bersaing dengan mengajukan model berlian (Five Force Model) oleh porter, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Dong-Sung Cho, Hwy-Chang Moon (Nine Force Model).
Jadi dalam konteks tersebut pengembangan model penelitian tidak berbasis pada pengembangan produk sehingga harus mengikuti alur Borg and Gall, Dick and Carry dll, tetapi melalui derivasi teori, sehingga kita bisa memunculkan variabel-variabel, yang kita gunakan untuk mengevaluasi teori yang ada saat. Munculnya pengembangan model penelitian tidak lain karena munculnya research gap ataupun theoritical gap. Sehingga menuntut adanya pembaharuan model penelitian untuk mengupas fenomena yang ada. Hal ini sangat penting bagi keberlangsungan ilmu sosial, karena ilmu tersebut sangat dinamis dan mengikuti perubahan zaman.
Salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam mengembangkan model penelitian adalah teori. Itu adalah hal mutlak suatu penelitian dasar hanya omong kosong apabila tidak ada teori yang melandasinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa secara metodologis kita tidak boleh memotong suatu teori dengan model penelitian yang pakem. Sebagai contoh kita hanya mengambil satu variabel intensi dalam teori perilaku terencana. Hal tersebut tidaklah lazim dilakukan dalam suatu derivasi teori. Sementara untuk teori yang tidak disertai model yang pakem, maka kita boleh mengambil satu arah kausalitas variabel dari teori tersebut.
Maka dari itulah dalam mengkonstruksi pengembangan model penelitian sangatlah penting bagi kemajuan ilmu itu sendiri, karena ilmu berangkat dari sebuah variabel yang berproposisi konsisten dan terus menerus sehingga menjadi teori-teori yang mematangkan sebuah badan pengetahuan. Ketika model penelitian tidak berkembang terutama dalam ilmu – ilmu sosial, maka hal tersebut akan berdampak pada kevacuman telaah ilmu para ilmuan yang ada di negeri ini, karena ilmu memiliki fungsi aksiologis yang berdampak pada kemaslahatan umat manusia.
Nama : Ayu Viola Desri
NIM : 216.01.0172
Kelas: 6B2 Manajemen Sore
A. Kegiatan Ilmiah sebagai sebuah proses
yaitu, rangkaian kegiatan mengamati fenomena dan data berdasarkan metode ilmiah untuk mendapatkan kesimpulan dari fenomena dan data yang diamati. Langkah sistematis dalam proses ilmiah adalah :
1. Merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka berfikir
3. Merumuskan hipotesis
4. Melakukan eksperimen
5. Analisis data
6. Menarik kesimpulan
7. Publikasi
B. Metode Keilmuan
yaitu, cara yg dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Dan untuk melakukan itu tentu saja kita memakai logika. Unsur utamanya adalah :
- Karakterisasi ( Pengamatan dan pengukuran )
- Hipotesis ( Penjelasan teoritis yg merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran )
- Prediksi ( Dedukasi logis dari hipotesis )
- Eksperimen ( Pengujian atas semua hal diatas )
C. Model Penelitian
yaitu, bagaimana cara anda mengaplikasikan sebuah ide. Langkah-langkah membuat metode penelitian adalah :
1. Berdasarkan tempat, seperti penelitian pustaka, penelitian laboraturium, dan penelitian lapangan.
2. Berdasarkan sifat, ditinjau dari segi sifatnya penelitian dibedakan 3 macam, yaitu :
- Penelitian dasar
- Penelitian vertical
- Penelitian survey
3. Berdasarkan Jenis, seperti penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian konformatif.
NAMA :ADE SUPRIADI
NIM:216.01.0145
KELAS:6B2 SORE
A.KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SUATU PROSES
Paradigma ilmu memiliki peranan penting bahkan sangat penting dalam proses keilmuan. Paradigma ilmu berfungsi: Memberikan kerangka, mengarahkan, bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan. Paradigma ilmu juga berfungsi sebagai lensa yang melaluinya para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut. Paradigma secara umum juga bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari. Atau dengan ibarat lain paradigma merupakan sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya Paradigma menurut Thomas Samuel Kuhn adalah: cara-cara meninjau benda-benda, asumsi yang dipakai bersama yang mengandung pandangan dari suatu zaman dan pendekatannya atas masalah-masalah ilmiah. Istilah paradigma dalam artian teknis tersebut bertalian dengan filsafat ilmu Thomas Samuel Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan memakai istilah paradigma, ia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata, termasuk di dalamnya hukum, teori, aplikasi dan instrumentasi yang menyediakan model-model, yang menjadi sumber konsistensi tradisi riset ilmiah tertentu. Pokok paradigma adalah pandangan fundamental atau pandangan mendasar yang menjadi asumsi dasar dan sekaligus aturan main dalam suatu disiplin ilmu. Pandangan mendasar itu diperoleh dari kesatuan consensus dalam satu disiplin ilmu tertentu. Secara umum paradigma ilmu pengetahuan modern atau sains adalah objektivitas dan rasional. Sesuatu disebut ilmiah, kalau memiliki sifat obyektivitas dan rasionaltas. Jika tidak memiliki persyaratan itu, maka secara paradigmatik, ia bukan ilmu pengetahuan ilmiah. Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan fundamental proses keilmuan manusia, yaitu bagaimana, apa dan untuk apa. Tiga pertanyaan mendasar itu kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, yaitu: Dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat dari suatu yang dapat diketahui (knowable), atau sebenarnya apa hakikat dari suatu realitas (reality). Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata (what is nature of reality?). Dimensi epistimologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dan objek yang ditemukan know/knowable?. Dimensi axiologis, yang dipermasalahkan adalah peran nilai-nilai dalam suatu kegiatan penelitian. Dimensi retorik, yang dipermasalahkan adalah bahasa yang dipergunakan dalam penelitian. Dimensi metodologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, bagaimana cara atau metodologi yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan? Para ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip pemecah teka-teki yang bekerja dalam pandangan dunia yang sudah mapan. Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan sistem keyakinan yang mendasati upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan memakai istilah paradigma, dia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata, termasuk di dalamnya hukum,
teori, aplikasi dan instrumentasi yang menyediakan model-model, yang mendasari sumber kosnsistensi dari tradisi riset ilmiah tertentu. Thomas Samuel Kuhn menamakan sekumpulan ilmuwan yang telah memilih pandangan bersama tentang alam (yakni paradigma ilmu bersama) sebagai suatu “komunitas ilmiah”. Istilah komunitas ilmiah bukan berarti sekumpulan ilmuwan yang bekerja dalam suatu tempat. Suatu komunitas ilmiah yang memiliki suatu paradigma bersama tentang alam ilmiah, memiliki kesamaan bahasa, nilai-nilai, asumsi-asumsi, tujuan-tujuan, norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan. Proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia menurut Thomas Samuel Kuhn tidak dapat terlepas sama sekali dari apa yang disebut keadaan-“normal science” dan “revolutionary science”. Ada empat tahap dalam proses perkembangan ilmu: Pertama, sains normal (normal science), dalam wilayah ini semua ilmu pengetahuan telah tertulis dalam textbook. Para komunitas ilmiah pada keadaan ini telah terbiasa memecahkan persoalan lewat cara-cara yang biasa berlaku secara konvensional, cara-cara standar, cara-cara yang sudah terbakukan dan mapan. Kedua, keganjilan-keganjilan (anomalies), tahapan ini merupakan titik awal dari adanya tahapan berikutnya (revolutionary science). Dalam tahapan ini ditemukan berbagai macam keganjilan-keganjilan. keganjilan-keganjilan ini disebabkan karena adanya banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan. Ketiga, krisis, keadan krisis merupakan suatu mekanisme koreksi diri yang memastikan bahwa kekakuan pada sains normal tidak akan berkelanjutan. Keadaan yang seperti ini muncul ketika suatu komunitas ilmiah mulai mempersoalkan kesempurnaan paradigmanya. Keempat, revolusi sains (revolutionary science), tahapan ini terjadi ketika suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan krisisnya dengan menyusun diri di sekeliling paradigma baru. Bila suatu komunitas ilmiah menyusun diri kembali di sekeliling suatu paradigma baru, maka ia memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi-asumsi, bahasa-bahasa dan cara-cara mengamati dan memahami alam ilmiahnya dengan cara baru.
B.Metode Keilmuan
Metode keilmuan adalah rangkaian prosedur tertentu guna mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula untuk memperoleh pengetahuan. Kerangka dasar prosedur itu terdiri atas enam langkah:
• Menyadari adanya masalah dan merumuskan masalah; bermula dari pertanyaan. (Seperti, Mulai dari masalah, berawal dari pertanyaan, seperti; Mengapa langit biru? Mengapa segalala sesuatu jatuh ke tanah? Mengapa air laut asin? Mengapa mengangkat benda di air terasa lebih ringan?)
• Melakukan pengamatan dan mengumpulkan data yang relevan;
• Menyusun atau mengklasifikasi data;
• Merumuskan hipotesis;
• Mengembangkan deduksi dari hipotesis;
• Menguji kebenaran (verifikasi) hipotesis.(Ruhcitra).
Seseorang bertanya menandakan bahwa dia telah memiliki kebenaran atau pengetahuan sebelumnya. Bertanya menandakan dia tahu. Bertanya menandakan bahwa kemungkinan pengetahuan baru sedang dikembangkan.
C.Model Penelitian
Sering kali para peneliti pemula, atau peneliti dengan kapasitas metodologi penelitian kuantitatif yang kurang memadahi, terjebak dalam alur model penelitian. Saya mencoba untuk menguraikan bahwa model penelitian atau paradigma penelitian itu suatu hal yang sama, apakah berbentuk persamaan matematis, ataupun berbasis pada visual atau gambar, untuk beberapa software seperti Amos, Smart PLS, Warp PLS, Gesca, kita bisa menggunakan gambar untuk melakukan analisis korelasional pada model penelitian yang akan kita teliti.
Tapi, hati-hati terkadang pengembangan model penelitian disalah artikan menjadi model pengembangan produk, seperti dalam penelitian R&D (Research and Development/penelitian dan pengembangan. Lalu pertanyaannya apakah kita tidak bisa mengembangkan model penelitian?. Jawabannya tentu saja bisa. Penelitian dan pengembangan bukanlah semata-mata kita gunakan untuk penelitian terapan seperti membuat produk ilmiah semata seperti model pelatihan, model manajemen, model evaluasi, model pembelajaran, dan model yang lain. Tetapi untuk penelitian dasar justru R&D adalah sumber kemajuan marwah keilmuan.
Tugas metodologi penelitian Unik suratmi 6B2 sore
https://docs.google.com/document/d/1XtrC-
NSlAoPj5wAF3Cpgyjgvj0GdXhrpqbwoJ1R34Sk/edit?usp=drives
NAMA : SISMA NAZECA
NIM : 216.01.0153
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah dimengerti.
2. Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian. Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat penting di lapangan.
4. Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who, when dan how)
2. Studi Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3. Memformulasikanh hipotesis yang diajukan
4. Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan setelah terdapat asumsi-asumsi
5. Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6. Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7. Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis yang diajukan)
8. Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9. Membuat Laporan Akhir hasil penelitian
Komponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi, dan teori.
Salah seorang pakar di bidang metode penelitian kuantitatif, Walter L. Wallace kemudian merumuskan siklus penelitian kuantitatif seperti berikut:
teori
Merumuskan konsep dan proposisi
Logika penarikan
Kesimpulan
Logika deduksi
Generalisasi
empiris
Menerima/ menolak
hipotesis
hipotesis
Uji hipotesis
Instrumentasi, penskalaan, sampling
Pengamatan
Pengukuran,
ringkasan
Sampel dan
parameter
Berdasarkan model penelitian di atas dapat diketahui bahwa siklus penelitian kuantitatif haruslah dimulai dengan teori dulu. Melalui logika deduktif, maka teori tersebut dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Melalui proses intrumentasi, sampling dan penskalaan maka dapatlah dilakukan penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan, maka dilakukan pengukuran, peringkasan sampel dan parameter maka dapatlah dirumuskan generalisasi empirisnya. Setelah itu dilakukan perumusan konsep dan melalui proses induksi maka akan menjadi teori lagi. Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau memverifikasi teori yang sudah ada.
B. Model Keilmuan
1. Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan
Konsep dalam metode keilmuan merupakan ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian.
Model adalah suatu gambaran abstrak (citra) yang diperlukan terhadap sekelompok fakta atau gejala. Hipotesis adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pangkal penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik
Metode, pendekatan, dan teknik merupakan hal yang berbeda, walaupun saling bertalian. Metode keilmuan adalah cara kerja atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan data dan mempergunakan data. Pendekatan adalah ukuran-ukuran baku untuk memilih masalah atau data yang bertalian.
Teknik, juga berbeda dengan metode keilmuan. Teknik merupakan cara-cara operasional, dalam arti yang lebih terinci dan bersifat rutin dan mekanis untuk memperoleh dan menangani data di dalam penelitian keilmuan.
C. MODEL PENELITIAN,
MODEL-MODEL PENELITIAN
1. Berdasarkan Tempat
a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi fokus lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.
b. Penelitian Laboratorium
suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khsus untuk melakukan penyelidikan terhadap segala gejala tertentu melalui tes-tes stau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.
c. Penelitian Lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi dilokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.
Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
1. Penelitian dasar
Penelitian yang bermula darikenyatan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah. Penelitian semacam ini biasanya dilakukan untuk penelitian suatu teori melalui pengujian hipotesis, yang dirumuskan berdasarkan teori tertentu karena belum ada teori yang berkaitan dengan kenyataan objektif yang sedang diamati
2. Penelitian Vertical
Yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemusian dihubungkan dengan kenyataan objektif yang di amati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut. Hasil penelaahan bisa mengukuhkan teoriyang diperiksa bisa juga menolaknya, tumbanglah teori yang diperiksa dan lahirlah teori yang baru.
3. Penelitian Survey
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala yang berlangsungdi lokasi penelitian. Lazimnya dilakukan terhadap suatu unit sampel bukan terhadap suatu unit sasaran.
Berdasarkan Jenis
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
b. Penelitian Deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan. Tetapi mulai digunakan sebagai landasan untuk menentukan editorial kriteria pengukuran terhadapa yang diamati dan akan diukur.
c. Penelitian konformatif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua fariabel atau lebih yang jenis ini dukunga teori telah dibutuhkan, baik untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk menntukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, diantaranya melalui pengujian hipotesis.
Menurut fungsi
a. Penelitian terapan, penelitian untuk memperoleh kejelasan hubungan antar fakta data informasi,guna pemecahan masalah.
b. Penelitian dasar: Penelitian untuk menemukan keteraturan/ order berbentuk prinsip, dalil/kaidah, hukum atau teori guna pengembangan ilmu.
1. Menurut Pendekatan Penelitian kuantitatif/positifistik:
c. Penelitian bersifat obyektif, kuantitatif, fixed, menggunakan instrumen standar, guna menghasilkan inferensi, generalisasi prediksi.
d. Penelitian kualitatif / naturalistik: Penelitian bersifat holistik, kualitatif, subyektif, terbuka, integral, konteksual, rasional, menggunakan penelitian sebagai instrumen, guna menghasilkan deskripsi yang utuh dari suatu keadaan.
2. Menurut Sifat
a. Penelitian deskriptif: Meneliti kondisi dan situasi yg ada sekarang, berupa gambaran / keterkaitan antar hal tanpa pengontrolan terhadap hal-hal lainnya.
b. Penelitian eksperimental: Mengadakan pengujian hubungan sebab akibat antar variabel dengan pengontrolan terhadap variabel-variabel lainnya.
c. Penelitian histori: Meneliti peristiwa-peristiwa yg telah terjadi di masa yg lampau.
d. Penelitian Pengembangan: Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi, lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru (model, paradigma, sistem software, dll)
NAMA : Lara Alfionita
NIM : 216.01.0126
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
Nama : MUHAMMAD HIDAYATULLAH
Kelas: VIB2 Manajemen Sore
Nim : 216-01-0151
A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Mem- bicarakan produk ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian.
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu per- masalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian.
B. Persyaratan karya Tulis Ilmiah
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran. 2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya. 3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi. 4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gam- bar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur. 5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkan- dung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah keba- hasaan. 6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
Karya tulis ilmiah harus memiliki gagasan ilmiah bahwa dalam tulisan tersebut harus memiliki permasalahan dan pemecahan masalah yang menggunakan suatu alur pemikiran dalam pemecahan masalah. Alur pemikiran tersebut tertuang 7 dalam metode penelitian.
Metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pemecahan masalah memiliki pengertian sebagai berikut: 1. Penelitian adalah usaha yang sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang memerlukan pemecahan. 2. Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. 3. Cara ilmiah dilandasi oleh metode rasional dan metode empiris serta metode kesisteman. 4. Penelitian meliputi proses pemeriksaan, penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus diilakukan secara sistematik, tekun, kritis, objektif, dan logis. 5. Penelitian dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penyelidikan ilmiah sistematik, terorganisasi didasarkan data dan kritis mengenai masalah spesifik yang dilakukan secara objektif untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban dari masalah tersebut.
1. Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah Langkah-langkah penulisan karya ilmiah pada umumnya meliputi empat tahapan, yaitu :
a. Perumusan Masalah Untuk memulai penulisan artikel, kita harus menapatkan suatu pemasalahan. artikel.
b. Pengembangan Hipotesis Hipotesis perlu dikembangkan agar kita bisa memberikan jawaban sementara terhada masalah yang kita angkat.
c. Pengumpulan dan Analisis Data 10 Langkah ini kita ambil agar apa yang kita hipotesiskan bisa didukung data-data yang memadai.
d. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini bermaksud untuk menentukan posisi penulis berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
B.METODE KEILMUAN.
1. Pengertian
Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru.
Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang biasanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
1. Mengeksploitasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. Penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan menjajaki permasalahan yang akan menjadi pusat perhatian peneliti dan kemudian peneliti mendefinisikan serta menformulasikan masalah penelitian tersebut dengan jelas sehingga mudah dimengerti.
2. Mendesain model penelitian dan paramater penelitian. Setelah masalah penelitian diformulasikan maka peneliti mendesain rancangan penelitian, baik desain model maupun penentuan parameter penelitian, yang akan menuntun pelaksanaan penelitian mulai awal sampai akhir penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian. Agar dapat melakukan pengumpulan data penelitian yag sesuai dengan tujuan penelitian, maka desain instrumen pengumpulan data menjadi alat perekam data yang sangat penting di lapangan.
4. Mengumpulkan data penelitian dari lapangan.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan, yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis penelitian.
6. Mendesain laporan hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti dan diketahui oleh masyarakat luas, maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Menurut Hasan Suryono (1997) proses penelitian kuantitatif dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Cara samplingnya berlandaskan pada asas random.
2. Instrumen sudah dipersiapkan sebelumnya dan di lapangan tinggal pakai.
3. Jenis data yang diperoleh dengan instrumen-instrumen sebagian besar berupa angka atau yang diangkakan.
4. Teknik pengumpulan datanya memungkinkan diperoleh data dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.
5. Teknik analisis yang dominan adalah teknik statistik.
6. Sifat dasar analisis penelitian deduktif dan sifat penyimpulan mengarah ke generalisasi.
Menurut Husein Umar (1999) langkah penelitian ilmiah dengan menggunakan proses penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah, yaitu masalah yang dihadapi harus dirumuskan dengan jelas, misalnya dengan 5 W dan 1 H (what, why, where, who, when dan how)
2. Studi Pustaka, mencari acuan teori yang relevan dengan permasalahan dan juga diperlukan jurnal atau penelitian yang relevan
3. Memformulasikanh hipotesis yang diajukan
4. Menentukan model, sebagai penyerderhanaan untuk dapat membayangkan kemungkinan setelah terdapat asumsi-asumsi
5. Mengumpulkan data, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dan terkait dengan metode pengambilan sampel yang digunakan
6. Mengolah dan menyajikan data, dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian
7. Menganalisa dan menginterprestasikan hasil pengolahan data (menguji hipotesis yang diajukan)
8. Membuat Generalisasi (kesimpulan) dan Rekomendasi (saran)
9. Membuat Laporan Akhir hasil penelitian
Komponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam tahap-tahap proses penelitian terdapat tahap yang bersifat hasil temuan dengan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen, yaitu komponen informasi sebagai hasil temuan dan komponen metodologi sebagai cara menemukannya. Terdapat 5 komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian, yaitu:
1. Teori
2. Hipotesis
3. Pengamatan
4. Generalisasi empiris
5. Penerimaan atau penolakan hipotesis.
Informasi-informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi, yaitu:
1. Deduksi logis
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling
3. Penyederhanaan (dengan statistic, estimasi parameter)
4. Pembentukan teori dan proposisi
5. Pengujian hipotesis
6. Inferensial logis.
Jika kita mulai dengan mempermasalahkan suatu teori, maka dari teori tersebut kita menurunkan hipotesis. Cara menurunkan hipotesis dari teori itu dilakukan dengan deduksi logis. Selanjutnya, untuk membuktikan hipotesis dibutuhkan data sebagai hasil pengamatan. Informasi ini diperoleh dengan cara melakukan interpretasi terhadap hipotesis, menyusun instrumen, menarik sampel, dan menetapkan pengukuran variabel. Berdasarkan data hasil pengamatan ini ingin diketahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak, dan di pihak lain ingin diperoleh informasi berupa generalisasi empiris. Penerimaan atau penolakan hipotesis berdasarkan data pengamatan itu dilakukan dengan analisis uji hipotesis, dan dengan teknik estimasi parameter. Dari hasil uji hipotesis kemudian disimpulkan denga cara inferensial atau induksi logis. Di pihak lain, dari generalisasi empiris dibentuk konsep atau proposisi dengan cara pembentukan konsep, proposisi, dan teori.
Salah seorang pakar di bidang metode penelitian kuantitatif, Walter L. Wallace kemudian merumuskan siklus penelitian kuantitatif seperti berikut:
teori
Merumuskan konsep dan proposisi
Logika penarikan
Kesimpulan
Logika deduksi
Generalisasi
empiris
Menerima/ menolak
hipotesis
hipotesis
Uji hipotesis
Instrumentasi, penskalaan, sampling
Pengamatan
Pengukuran,
ringkasan
Sampel dan
parameter
Berdasarkan model penelitian di atas dapat diketahui bahwa siklus penelitian kuantitatif haruslah dimulai dengan teori dulu. Melalui logika deduktif, maka teori tersebut dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Melalui proses intrumentasi, sampling dan penskalaan maka dapatlah dilakukan penelitian lapangan. Dari penelitian lapangan, maka dilakukan pengukuran, peringkasan sampel dan parameter maka dapatlah dirumuskan generalisasi empirisnya. Setelah itu dilakukan perumusan konsep dan melalui proses induksi maka akan menjadi teori lagi. Di dalam penelitian kuantitatif, maka dari teori akan menjadi teori lagi. Sehingga dalam hal yang menyangkut teori yang sangat general (grand theory), maka hampir-hampir tidak dapat dilakukan falsifikasi. Sejauh-jauhnya hanyalah verifikasi terhadap teori yang sudah ada. Di dalam dekade ini, maka hampir-hampir tidak ditemui lahirnya teori baru sebab sejauh penelitian yang dilakukan hanyalah untuk menguatkan teori yang sudah ada, atau memverifikasi teori yang sudah ada.
B. Model Keilmuan
1. Metode ilmu mengandung struktur-struktur rasional dari sebuah penyelidikan ilmiah (penyelidikan keilmuan) yang melaluinya, disusun berbagai dugaan, ramalan, atau prediksi serta pengujian-pengujian-pengujian sahih atasanya.
Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, dan survei.
2. Langkah-langkah di dalam metode keilmuan
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
3. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan
Konsep dalam metode keilmuan merupakan ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian.
Model adalah suatu gambaran abstrak (citra) yang diperlukan terhadap sekelompok fakta atau gejala. Hipotesis adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pangkal penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
4. Metode keilmuan, Pendekatan, dan Teknik
Metode, pendekatan, dan teknik merupakan hal yang berbeda, walaupun saling bertalian. Metode keilmuan adalah cara kerja atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan data dan mempergunakan data. Pendekatan adalah ukuran-ukuran baku untuk memilih masalah atau data yang bertalian.
Teknik, juga berbeda dengan metode keilmuan. Teknik merupakan cara-cara operasional, dalam arti yang lebih terinci dan bersifat rutin dan mekanis untuk memperoleh dan menangani data di dalam penelitian keilmuan.
C. MODEL PENELITIAN,
MODEL-MODEL PENELITIAN
1. Berdasarkan Tempat
a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi fokus lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.
b. Penelitian Laboratorium
suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khsus untuk melakukan penyelidikan terhadap segala gejala tertentu melalui tes-tes stau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.
c. Penelitian Lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi dilokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.
Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
1. Penelitian dasar
Penelitian yang bermula darikenyatan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah. Penelitian semacam ini biasanya dilakukan untuk penelitian suatu teori melalui pengujian hipotesis, yang dirumuskan berdasarkan teori tertentu karena belum ada teori yang berkaitan dengan kenyataan objektif yang sedang diamati
2. Penelitian Vertical
Yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemusian dihubungkan dengan kenyataan objektif yang di amati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut. Hasil penelaahan bisa mengukuhkan teoriyang diperiksa bisa juga menolaknya, tumbanglah teori yang diperiksa dan lahirlah teori yang baru.
3. Penelitian Survey
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala yang berlangsungdi lokasi penelitian. Lazimnya dilakukan terhadap suatu unit sampel bukan terhadap suatu unit sasaran.
Berdasarkan Jenis
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
b. Penelitian Deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan. Tetapi mulai digunakan sebagai landasan untuk menentukan editorial kriteria pengukuran terhadapa yang diamati dan akan diukur.
c. Penelitian konformatif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua fariabel atau lebih yang jenis ini dukunga teori telah dibutuhkan, baik untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk menntukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, diantaranya melalui pengujian hipotesis.
Menurut fungsi
a. Penelitian terapan, penelitian untuk memperoleh kejelasan hubungan antar fakta data informasi,guna pemecahan masalah.
b. Penelitian dasar: Penelitian untuk menemukan keteraturan/ order berbentuk prinsip, dalil/kaidah, hukum atau teori guna pengembangan ilmu.
1. Menurut Pendekatan Penelitian kuantitatif/positifistik:
c. Penelitian bersifat obyektif, kuantitatif, fixed, menggunakan instrumen standar, guna menghasilkan inferensi, generalisasi prediksi.
d. Penelitian kualitatif / naturalistik: Penelitian bersifat holistik, kualitatif, subyektif, terbuka, integral, konteksual, rasional, menggunakan penelitian sebagai instrumen, guna menghasilkan deskripsi yang utuh dari suatu keadaan.
2. Menurut Sifat
a. Penelitian deskriptif: Meneliti kondisi dan situasi yg ada sekarang, berupa gambaran / keterkaitan antar hal tanpa pengontrolan terhadap hal-hal lainnya.
b. Penelitian eksperimental: Mengadakan pengujian hubungan sebab akibat antar variabel dengan pengontrolan terhadap variabel-variabel lainnya.
c. Penelitian histori: Meneliti peristiwa-peristiwa yg telah terjadi di masa yg lampau.
d. Penelitian Pengembangan: Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi, lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru (model, paradigma, sistem software, dll)
C. MODEL PENELITIAN.
MODEL-MODEL PENELITIAN
1. Berdasarkan Tempat.
a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan diruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan.
b. Penelitian Laboratorium
suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap segala gejala tertentu.
c. Penelitian Lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi dilokasi tersebut.
2. Berdasarkan Sifat.
a. Penelitian dasar
Penelitian yang bermula dari kenyatan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah.
b.penelitian survey
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap segala yang berlangsungdi lokasi penelitian.
c. Penelitian vertical
Yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemudian dihubungkan dengan kenyataan objektif yang di amati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut.
3. Berdasarkan Jenis.
a. Penelitian Eksploratif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian ini diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
b. Penelitian Deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai diperlukan.
c. Penelitian konformatif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua fariabel atau lebih yang jenis ini dukungan teori telah dibutuhkan.
d.Penelitian Pengembangan
Meneliti laju perkembangan sesuatu (individu, organisasi, lembaga, dsb) / mengenbangkan hal baru (model, paradigma, sistem software, dll)
Nama : fauzi pratama
NIM : 216.01.0104
Kelas :B2 Manajement Sore semester 6
A. Kegiatan Ilmiah Sebagai Sebuah Proses
Kegiatan Ilmiah Atau Penelitian ilmiah adalah Sebuah Proses kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip-prinsip yang mendasar. Metode ilmiah juga dapat diartikan sebagai suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi.
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas,
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik,
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas,
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis,
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional,
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna,
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat ,
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada lima karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :
1. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik
artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
4. Obyektif,
artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
5. Replikatif
artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
B. Metode Keilmuan
Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara di dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru.
Menurut Ading Nasrulloh (2009) pengetahuan itu harus dikandung oleh filsafat, lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah.
Langkah-langkah baku yang bisanya ditempuh dalam sebuah metode keilmuan ada 6 (enam), yaitu;
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
b. Perumusan hipotesis.
c. Pengamatan, eksperimentasi, dan pengumpulan data.
d. Penyusunan dan klasifikasi data.
e. Penyimpulan
f. Pengujian atau verifikasi hasil
C ModelPenelitian
Didasarkan atas metode yang digunakan dalam penelitian, maka model penelitan dapat dikelompokkan menjadi 3 model yakni, Penelitian Deskriptif, Penelian Sejarah dan penelitian Eksperimental.
1. Penelitian Deskriptif adalah menjelaskan kondisi yang ada pada masa sekarang atau dapat disebut mendeskripsikan suatu gejala dan peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sax,1979 : 17-18; Nana Sudjana & Ibrahim, 1989 : 64).
2. Penelitian Sejarah merupakan penelitian yang melihat dari peristiwa dan perkembangan di masa lampau.
3. Penelitian Eksperimental merupakan suatu metode sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan.
Nama : TUKIMAN
Kelas: VIB2 Manajemen Sore
Nim : 216-01-0114
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
5. Kontruksi Instrumen
Kontruksi instrumen merupakan tahap proses penelitian yang berhubungan dengan metode pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang digunakan untuk mengumpulkannya. Instrumen penelitiannya disusun sesuai dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara, daftar kuesioner, pedoman pengamatan, dan sebagainya.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Untuk itu perlu ditentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.
Insrumen pengumpulan data tersebut kemudian hendaknya dioperasikan dengan teknik-teknik tertentu misalnya wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan atau schedule wawancara disebut “wawancara terstruktur”, observasi dan sebagainya. Selain itu sebutkan dan jelaskan sumber datanya yakni dari mana data tersebut dapat diperoleh (data primer dan atau data sekunder). Siapa yang menjadi respondennya hendaklah dijelaskan. Identifikasi responden perlu dibuat terlebih dahulu, demikian juga identifikasi populasi dan sampelnya. Jika menggunakan data sekunder harus disebutkan data sekunder apa dan dari mana diperoleh.
7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding(pemberian kode), dan menyusunnya dalam master sheet (table induk). Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
8. Analisis Pendahuluan
Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Maksud dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian, dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Analisis selanjutnya setelah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai ini disesuaikan dengan hipotesis operasionalkan yang telah dirumuskan sebelumnya. Apabila hipotesis yang diuji hanya mencakup satu variable, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Apabila hipotesis mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan apabila mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi merupakan tahap di mana hasil analisis diinterpretasikan melalui proses pembahasan yang hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bentuk tertulis. Secara substansi proses penelitian tersebut terdiri dari aktivitas yang berurutan (Burhan Bungin; 2005), yaitu sebagai berikut :
Nama : Ahmad Firlana
Kelas : 6B2 (sore)
Nim :216.01.0168
A. Kegiatan ilmiah / penelitian ilmiah menurut apa yang telah saya baca adalah sebuah proses tahapan pengolahan data dan pengumpulan data untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran data secara sistematis dan logis melalui metode-metode ilmiah yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada data tersebut.
menurut bapak nugroho ada beberapa langkah dalam proses kegiatan ilmiah, sbb :
1. memilih dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti,
2. melakukan survei terhadap data yang telah tersedia,
3. menformulasikan hipotesa yang ada,
4. membangun kerangka analisa dalam menguji hipotesa,
5. mengumpulkan data yang primer,
6. mengolah serta menganalisa dalam membuat interpretasi penafsiran,
7. membuat generalisasi serta kesimpulan,
8. membuat sebuah laporan hasil penelitian.
B. metode keilmuan yaitu langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru dari berbagai aspek dan para ahli guna mendapatkan jawaban yang kita inginkan, namun ilmu tidak bisa hanya dilihat dari aspek pengamatan atau percobaan tetapi melalui proses analisis, uraian dan survei, dan dalam mendapatkan pengetahuan kita harus memiliki dasar yaitu secara penalaran, logika dan sumber.
ada 2 metode dalam keilmuan yaitu :
1. metode secara rasionalisme, dan
2. metode secara empirisme.
C. model penelitian adalah suatu konsep rancangan atau ide atau gambaran terhadap data secara sistematis dan ilmiah yang berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan.
dalam membuat model penelitian ada 2 tahapan utama, yaitu sbb:
1. identifikasi hubungan antara rumusan masalah satu dengan yang lainnya,
2. identifikasi teori hubungannya dengan rumusan masalah.
pada umumnya ada 3 pendekatan sistematika dalam model penelitian :
1. pendekatan berdasarkan qualitatif,
2. pendekatan berdasarkan quantitatif,
3. pendekatan berdasarkan keduanya atau campuran.
NAMA : unik suratmi
NIM : 216.01.0174
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
18 Maret 2019 01.04
NAMA : yendri
NIM : 216.01.0135
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
NAMA : sukeni
NIM : 216.01.0100
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
NAMA : agustinawati
NIM : 216.01.0134
KELAS : VI B2 Manajemen Sore
A. KEGIATAN ILMIAH SEBAGAI SEBUAH PROSES
Penelitian sebagai proses deduksi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis, dan terkendali. Terdapat 10 tahap yang harus dilalui secara sistematis dalam suatu penelitian empiris, yaitu:
1. Konseptualiasi Masalah
Koseptualisasi masalah merupakan proses penelitian ilmiah yang diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang masalah (substansi) yang dipertanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi) yang dilakukan secara dengan teliti karena akan mempengaruhi kepada tahap-tahap berkutnya. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2. Tujuan dan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variabel yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Kerangka dasar disebut juga sebagai kerangka hipotesis karena di dalamnya mencakup konsep-konsep hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor- faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penarikan Sampel
Penarikan sampel merupakan tahap proses penelitian di mana data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan dan membuat strategi yang digunakan untuk mengumpulkannya. Hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
Penentuan Responden yang diteliti Penelitian pada dasarnya dapat dilakukan dengan pencacahan lengkap, sampel survay atau studi kasus. Masing-masing mempunyai batas-batas penarikan kesimpulan tersendiri. Pada sampel survay hasil pengukuran sampel akan digeneralisasikan bagi populasinya sedang studi kasus kesimpulan hanya berlaku bagi kasusnya dan tidak dibenarkan menarik kesimpulan diluar kasus (lingkup yang lebih luas). Sedangkan pada penelitian sampel survei hendaknya dikemukakan/ ditetapkan populasi penelitian dan deskripsi karakteristiknya, besar sampel yang akan diambil dan bagaimana sampel tersebut ditarik (teknik pengambilan sampel). Pengutaraan teknik pengambilan sampel (stratifilasi, randomisasi, kerangka sampel, unit sampel, unit analisis) secara jelas akan memudahkan penilaian kerepresentatifan hasil penelitian.
Posting Komentar