Tatap Muka Kelas Manajemen Resiko dan Investasi, Kelas Keuangan VII Sore, 30 Nopember 2019

Buatlah sebuah kerangka pemikiran sebuah penelitian dengan tema manajemen resiko dan investasi, lalu jelaskan (penjelasan minimal 250 Kata)

deadline 10 desember 2019, pukul 12.00

19 komentar:

Mardiana mengatakan...

Nama : Mardiana
Nim : 216.01.0399

Judul : Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dengan Dollar terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG)

Kerangka Pemikiran
Tujuan investor dalam berinvestasi tidak lain adalah untuk mencari keuntungan, baik yang berasal dari capital gain (perbedaan harga jual dan beli) serta deviden (alokasi keuntungan perusahaan kepada pemegang saham). Tetapi berinvestasi juga memiliki risiko yang besar sehingga perlu adanya peramalan yang dilakukan oleh investor berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai saham jika tidak ingin mengalami kerugian.Untuk meminimalisir risiko maka perlu ada analisis, investor dapat menganalisis lewat Laporan Keuangan dan IHSG. Dari laporan keuangan perusahaan menjelaskan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan.
Perlu diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi saham dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dapat berasal dari perkembangan dan kesehatan perusahaan, hal ini dapat dilihat dari Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan itu. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari makro ekonomi yang salah satunya merupakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.
Ketika nilai mata uang Rupiah menguat maka investor pelaku pasar uang akan merasa rugi sehingga lebih memilih untuk berinvestasi di pasar modal salah satunya berupa saham. Menguatnya nilai tukar rupiah disebabkan karena banyaknya permintaan terhadap Rupiah. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa Rupiah di pasar berjumlah sedikit (deflasi). Ketika jumlah Rupiah yang sedikit beredar di pasar maka pemerintah mengambil kebijakan menurunkan suku bunga bank sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang diam di bank. Melihat kondisi ini maka masyarakat cenderung mengeluarkan uangnya dari bank karena keuntungan yang diperoleh dari bunga yang kecil sehingga lebih memilih menanamkan dalam pasar modal, salah satunya yaitu dalam bentuk saham.
Meningkatnya jumlah pembelian saham akan meningkatkan harga saham tersebut yang kemudian mempengaruhi Indeks Harga Saham suatu sektor dan akhinya mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan.

Dari uraian kerangka berpikir tersebut, maka dapat disusun bagan kerangka berpikir dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Keadaan Ekonomi dilihat dari KRISIS GLOBAL dan INFLASI
2. Pada Krisis Global
a. krisis global---Dollar sedikit dipasar ---rupiah banyak beredar dipasar dan harga barang mahal--- suku bunga bank meningkat --- peminat pasar modal berkurang---harga saham turun---IHSG turun
b. krisis global---dollar sedikit dipasar---nilai dollar menguat---pasar uang meningkat
c. krisis global---dollar sedikit dipasar--- rupiah banyak beredar dipasar dan harga barang mahal---nilai rupiah turun
3. Pada Inflasi
a.inflasi---rupiah banyak beredar dipasar dan harga barang mahal--- suku bunga bank meningkat --- peminat pasar modal berkurang---harga saham turun---IHSG turun
b. inflasi---rupiah banyak beredar dipasar dan harga barang mahal---nilai rupiah turun.

Desy Pratiwi mengatakan...

Nama : Desy Pratiwi
Nim : 216.01.0149
Izin mengirimkan jawaban tugas diatas :
https://drive.google.com/open?id=0B88fOvjfN6AObFJFU29WUnJHZkpabGJZUUxmN3JaQUJwQzNr

Deki Hirawan mengatakan...

NAMA : DEKI HIRAWAN
NIM : 218.01.0341P

Kerangka Berpikir
Dalam melakukan invistasi untuk memanalisis resiko kerugian dapat menggukan dua pendekatan yaitu pendekatan analisis pundamental dan pendekatan analisis teknikal sehingga dapat diambil keputusaan invistasi

Penjelasaan :
Dalam melakukan investasi hal yang harus diperhatikan adalah resiko, untuk meminalisir kerugian (Resiko) yang dilakukan saat melakukan intvistasi seorang calon investror harus memperhatiakan sekanerio apa saya yang akan terjadi jika melakukan invitasi tersebut. Dalam melakukan mentigasi resiko dalam sebuah invitasi dapat dilakukan berbagai pendekatan diantaranya menggukan analis fundamental dan analisis teknikal sebagai dasar dalam melakukan pengambilan dalam mekaukan investasi
Analisa Fundamental adalah pengamatan dan penilaian atas kondisi-kondisi yang mendasari pergerakan harga suatu aset. Dalam perdagangan saham, ini berarti analisa fundamental mengacu pada laporan keuangan perusahaan, neraca, pendapatan, dan lain-lain yang bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan perusahaan terkait. Dalam melakukan analisis pundamental biasanya sering menggunakan pendekatan dengan menggunakan pendekatan beriktu ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share), DPS (Dividend Per Share), DPR (Dividend Payout Ratio) dan PER (Price Earning Ratio). Dengan melakukan analisis tersebut akan terlihat pergerakan tren naik atau turun atau kondisi perusahaan tersebut sehat atau tidak sehat dapat memperlihatkan asumsi kedepan apakah perusahaan tersebut akan terus berkembang atau akan menurun.
Analisis Teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar seperti Indeks Kekuatan Relatif, Indeks pergerakan rata-rata, regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik. Penggunaan analisis teknikal lebih menitik beratkan pada siklus naik turun harga yang bisa dilihat secara langsung.
dengan menggunakan pendekatan tersebut diatas, diharapkan calon investor dapat di minilisir resiko yang timbul dan pempeloreh keuntungan sesuai yang diharapakan.

muhammad hidayatullah mengatakan...

Judulnya : Pengaruh Nilai Pasar terhadap return saham Perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu informasi terpenting yang harus diketahui oleh para investor. Informasi tersebut dapat dijadikan oleh investor sebagai alat ukur pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dengan cara melihat potensi kinerja perusahaan di masa berikutnya.Menurut Agnes Sawir (2005:1): “kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan”.Komponen-komponen kinerja keuangan berupa rasio keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat ditinjau melalui berbagai pendekatan diantaranya: profitabilitas, likuiditas, aktivitas, pasar dan solvabilitas.Nilai pasar dapat diukur dengan beberapa pendekatan yaitu dividend Yield, dividend per share (DPS), earning per share (EPS), dividend payout ratio (DPR), price earning ratio (PER), book valueshare (BVS), price to book value (PBV). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah price to book value karena menurut Tandelilin (2001), ada hubungan antara harga saham dengan nilai buku (book value) per lembar saham dan itu bisa dijadikan pendekatan untuk mencari nilai suatu saham, karena secara teori nilai buku tercermin dari nilai pasar suatu saham. Perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan dapat menggunakan rasio PBV karena menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai relatifnya terhadap modal yang diinvestasikan oleh investor. PBV menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), semakin tinggi rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006: 76). Semakin tinggi PBV maka semakin besar nilai yang diciptakan bagi investor, sejalan dengan hal tersebut kepercayaan terhadap perusahaan di pasar modal pun akan meningkatdan mengakibatkan tingginya permintaan akan saham perusahaan tersebut. Dengan tingginya permintaan saham di pasar modal maka harga saham perusahaan tersebut akan terdorong dan return bagi investor pun akan naik. Definisi PBV sendiri adalah perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca (Harahap, 2008: 311).
Investor akan menanamkan modalnya dengan tujuan mencari pendapatan atau pengembalian investasi (return) baik berupa cash dividend maupun capital again yang didapat dari selisih antara harga jual saham terhadap harga belinya. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvesitasi jika pada akhirnya tidak ada hasil (Ang, 1997).Penurunan return saham bagi investor sangat berdampak pada turunnya hasil investasi karena turunnya nilai return perusahaan. Dengan turunnya return maka investor pun akan berfikir kembali untuk berinvestasi dengan membeli saham di pasar modal, bahkan investor akan menjual saham yang telah dibeli untuk menghindari kerugian. Sebaliknya jika eturn saham meningkat maka investor akan berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut di pasar modal karena return saham yang tinggi akan menghasilkan keuntungan yang bagus untuk investor sesuai dengan tujuan utama investor melakukan investasi.
Selanjutnya kerangka Pemikiran dapat digambarkan memalui penjelasan berikut ini :
Kinerja perusahaan →Nilai Pasar → PBV → Return Saham
Pasar Modal → Return Saham
Kinerja kuangan dilihat dari Likuiditas, Profitabilitas,Aktivitas dan Solvabilitas serta Pasar Modal dilihat dari Harga Saham

Yuni IL mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Yuni IL mengatakan...

Nama : Yuni Indah Lestari
Nim : 216.01.0193
Judul : ANALISIS PEMILIHAN INVESTASI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN REWARD TO VARIABILITY RATIO (RVAR) SEBAGAI PENENTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM.
Ada beberapa investasi dikategorikan menjadi dua jenis yaitu, Real Assets dan Financial Assets. Investasi aset finansial dapat dilakukan di pasar uang dan pasar modal yang dapat berupa saham, obligasi, warran, opsi, sertifikat deposito dan sebagainya. Sedangkan, aset riil merupakan aktiva berwujud seperti emas, perak, logam mulia lainnya dan real estate. Perbedaan mendasar antara aktiva riil dengan aktiva keuangan adalah likuiditas. Likuiditas dapat diartikan mudahnya mencairkan atau mengubah bentuk suatu aset menjadi uang. Riil aset secara umum lebih kurang likuid bila dibandingkan dengan aset keuangan. Di samping itu return aset riil biasanya sulit untuk diukur secara akurat, kepemilikan yang tidak luas, juga tidak tersedianya pasar yang aktif.
Untuk membentuk portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk-avere). Aktor yang paling mendasar adalah dengan memperhitungkan faktor risiko atau ketidakpastian dan menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan, yaitu dengan cara mengestimasi return suatu sekuritas individu dan juga menentukan seberapa besar estimasi risiko yang ditanggung saham tersebut.
Untuk dapat mengestimasi return suatu sekuritas dengan baik dan mudah diperlukan suatu model estimasi, oleh karena itu kehadiran Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas dianggap sangat penting di bidang keuangan. Sebenarnya terdapat dua model keseimbangan dalam penentuan saham yang efisien, yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Perbedaan utama kedua model keseimbangan tersebut adalah APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor makro (risiko sistematis) untuk menjelaskan tingkat pengembalian yang diharapkan, sementara CAPM hanya menggunakan satu faktor makro, yaitu kepekaan terhadap portofolio pasar (Husnan, 2005:215). Penulis lebih memilih CAPM dalam penelitian ini karena salah satu kekurangan APT adalah adanya kesulitan dalam menentukan faktor-faktor risiko yang relevan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan risiko (risk) dan tingkat pengembalian saham (return) saham-saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Februari2009-Juli 2012 berdasarkan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variability Ratio (RVAR), dan untuk menganalisis dan menentukan penggolongan efisiensi dan keputusan investasi saham-saham pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Februari2009-Juli 2012 berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Reward to Variablity (RVAR).
Kerangka Pemikiran yang dibuat sebagai berikut :
Return → Risk → Capital Asset Pricing Model (CAPM) → Reward to Variablity (RVAR)
Model Keseimbangan

Capital Asset Pricing Model (CAPM) → Menjual Saham Sebelum Harga Saham Turun (Overpriced)

Arbitrage Pricing Theory (APT) → Kesulitan Dalam Menentukan Faktor-Faktor Risiko Yang Relevan

septiana mengatakan...

Nama : Septiana
NIM : 216.01.0109
Judul : Kerangka Kerja Manajemen Risiko

https://blogs.itb.ac.id/23214123debbyselvyantiel5007mkisem1t15d16mr/2015/12/26/kerangka-pikir-dalam-manajemen-risiko/

Desi Ananda mengatakan...

Nama :Desi ananda
Nim : 216.01.0042
Mk : manajemen resiko dan investasi

Judul : ANALISA MANAJEMEN PORTOFOLIO INVESTASI REKSADANA SYARI’AH
DITINJAU DARI STRATEGI INVESTASI BERDASARKAN RESIKO INVESTASI DAN
PENGUKURAN KINERJA
(Studi Kasus pada Laporan Keuangan Reksadana Syariah
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

Kerangka pemikiran
- Investasi Syari’ah Reksadana,
Terhadap
1. Pertumbuhan Reksadana Syari’ah
2. Pengukuran Kinerja, Strategi
Investasi dan Resiko Investasi
Berpengaruh
- Pengambilan Keputusan
Dalam berinvestasi

Reksadana Syari’ah menandakan bahwa
dalam pengelolaan tersebut Manajer Investasi
menganut prinsip syari’ah, seperti:
a. Hanya membeli saham, obligasi, dan
pasar uang yang masuk dalam Daftar
Efek Syari’ah dan sesuai dengan prinsip
syari’ah.
b. Melakukan Cleansing apabila dalam
portofolio reksadana terdapat pendapatan/
keuntungan yang sifatnya tidak sesuai
dengan prinsip syari’ah.
c. Adanya Dewan Pengawas syari’ah (DPS)
yang ditunjuk untuk memastikan agar
pengelolaan investasi memperhatikan
kaidah-kaidah syari’ah.
Beberapa tahun ini perkembangan
reksadana syari’ah tumbuh dengan cukup
baik, hal ini ditunjukkan dengan semakin
banyaknya perusahaan sekuritas yang mengembangkan tranding online berbasis
syari’ah. Berbeda dengan sistem trading online
konvensional, sistem ini secara otomatis hanya
memperdagangkan saham-saham yang masuk
dalam kategori Daftar Efek Syari’ah. Dari 463
saham yang terdaftar saat ini, 300 diantaranya
merupakan perusahaan yang sesuai prinsip
syari’ah. Informasi tersebut sudah dengan
mudah didapat oleh para investor karena telah
dirangkum dalam Daftar Efek Syari’ah (DES)
yang diterbitkan oleh BAPEPAM – LK dan bisa
diakses di www.Bapepam.go.id dan www.idx. co.id.
Kinerja saham-saham yang masuk dalam
kategori syari’ah secara umum diwakili
oleh 2 indeks, yaitu Indeks Saham Syari’ah
Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Indeks
(JII). Perbedaannya, ISSI merupakan cerminan
dari seluruh saham yang masuk dalam kategori
syari’ah, sementara JII hanya mengambil
30 saham dari DES dengan pertimbangan
likuiditas, kapitalisasi, dan faktor fundamental
lainnya. Kemudian Strategi pada investasi reksadana
syari’ah sangat tergantung pada manajer
investasi dan dapat dilihat dari portofolio
investasinya. Reksadana Syari’ah
merupakan sebuah bentuk investasi yang
mempunyai resiko walaupun di pasar
modal reksadana syari’ah adalah sekuritas
yang mempunyai resiko yang paling
rendah.

Erlo Bayu Rahmawan mengatakan...

Nama : Erlo Bayu Rahmawan
Nim : 216.01.0039
MK : Manajemen Resiko dan Investasi
Judul : Strategi Investasi & Manajemen Resiko Rumah Sakit Swasta di Bali

Kerangka Pemikiran yang dibuat sebagai berikut :

Kebijakan Investasi Pada Rumah Sakit Swasta ↓ Penerapan Manajemen Risiko
terhadap Keputusan Investasi → Review Dokumen: 1. Nilai Investasi 2. Lap Keuangan → Wawancara Mendalam: 1. Direksi 2. Staf Keuangan → Analisis dan Pemeriksaan Keabsahan Data ↓ Temuan Atas Analisis Kelayakan Investasi dan Proses Manajemen Risiko → Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan.


Didalam keputusan investasi menyangkut kegiatan mengeluarkan sejumlah dana pada saat ini sehingga diharapkan bisa mendapatkan arus kas dengan jumlah yang lebih besar daripada dana yang dikeluarkan pada saat sekarang. Keputusan terhadap jenis investasi seringkali dikaitkan dengan perencanaan strategis yang ingin dicapai dalam periode waktu tertentu yang dijelaskan dalam program tahunan perusahaan. Keputusan investasi diambil sebagai salah satu alternatif perusahaan untuk mengeluarkan dananya di luar kegiatan operasional yang bisa memberikan manfaat bagi perusahaan di masa mendatang.

Keputusan investasi oleh perusahaan menimbulkan risiko strategis sebagai akibat dari
ketidaktepatan dalam pengambilan suatu keputusan serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis. Risiko investasi yang dihadapi oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari internal maupun eksternal. Risiko internal misalnya berkaitan dengan aktivitas operasi, proses, atau pekerja. Faktor eksternal misalnya berkaitan dengan finansial, kebijakan pemerintah, tuntutan pasar, regulasi, dan lain-lain. Dalam hal ini direksi bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko untuk berbagai risiko atas keputusan strategis.

Sebagai contoh Rumah Sakit mengambil kebijakan investasi dalam bentuk pengembangan gedung rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Erlo Bayu Rahmawan mengatakan...

Proses manajemen risiko terhadap suatu kebijakan investasi terdiri dari:

a. Identifikasi risiko
Rumah Sakit telah mengidentifikasi adanya risiko-risiko yang akan
muncul dari adanya kebijakan investasi. Rumah sakit merupakan salah satu institusi
yang rentan terhadap risiko regulasi. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya,
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh regulasi pemerintah yang senantiasa berubah dan
wajib diikuti.

b. Pengukuran Risiko
Rumah Sakit Medika tidak melakukan pengukuran risiko dari adanya kebijakan
investasi. Setelah risiko investasi ditentukan seharusnya dijabarkan frekuensi dan
dampak sehingga diketahui nilai risiko. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui
prioritas mitigasi risiko berdasarkan nilai risiko, di mana umumnya mitigasi risiko akan
berfokus pada risiko yang bernilai besar (artinya frekuensi sering terjadi dan
dampaknya besar bagi kinerja bisnis perusahaan). Biaya mitigasi risiko sebaiknya
dimasukkan dalam penambahan RAB sebagai pencadangan biaya untuk mengantisipasi
risiko-risiko yang mungkin terjadi, misalnya modal tidak mencukupi, keterlambatan
proyek, kenaikan harga bahan, rendahnya kunjungan, dan sebagainya.

c. Pemantauan Risiko
Pemantauan risiko dilakukan dengan memperhatikan pengalaman kerugian di
masa lalu yang disebabkan oleh kebijakan investasi atau penyimpangan pelaksanaan
rencana strategis. Direktur Rumah Sakit selaku pejabat yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan operasional selalu memantau setiap perubahan yang terjadi serta
memperbaharui informasi terkait regulasi pemerintah dari berbagai media, asosiasi
rumah sakit, serta Badan Penyelenggara Jasa Kesehatan.

d. Pengendalian Risiko
Tahap awal dalam proses pengendalian risiko atas kebijakan investasi rumah
sakit adalah dengan menyusun cash flow budgeting agar bisa membandingkan hasil
aktual dengan hasil yang diperkirakan serta mengetahui penyimpangan yang terjadi.
Cash flow budgeting ini dapat dijadikan acuan dalam menilai pencapaian target
perusahan agar selanjutnya bisa disusun strategi untuk memitigasi risiko. Adapun
strategi utama yang akan dilakukan Rumah Sakit untuk mengendalikan risiko
investasi adalah memaksimalkan utility gedung dan seluruh fasilitas dalam upaya
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Annisa Jasmine mengatakan...

Nama :Annisa Jasmine Syayutie
NIM : 216.01.0314
MK :Manajemen Resiko dan Investasi

Kerangka pemikiran:
Pengawasan dan pengendalian merupakan hal yang mutlak diperlukan
organisasi dalam melakukan fungsi manajemen. Tujuan dari pengawasan, antara lain adalah untuk menjaga dan mengamankan harta milik
perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak intern maupun ekstern.

Penjelasan :
Adanya audit Internal diharapkan tantangan yang timbul dari organisasi
yang menjalankan pengendalian intern dapat teratasi, karena pada umumnya
orang akan bertindak lebih hati-hati dalam menjalankan kegiatan yang dibebankan padanya jika merasa mengetahui akan diadakannya audit terhadap pekerjaan mereka. Hal ini menyebabkan mereka berusaha untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan sehingga akan sangat menguntungkan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Robert Tampubulon (2005:31) pengawasan dapat terdiri dari
kontrol yang bersifat :
1. Preventive, yaitu kontrol yang memungkinkan berbagai peristiwa (events)
yang tidak diinginkan untuk tidak terjadi.
2. Detective, yaitu menemukan, mengungkapkan, dan memperbaiki berbagai
peristiwa yang tidak diinginkan tetapi telah terjadi.
3. Directive, yaitu kontrol yang menyebabkan atau mendorong agar peristiwa yang diinginkan justru terjadi.

Selain itu hal yang patut diperhatikan antara lain : standar profesi, kriteria
yang spesifik, kualitas dari profesi yang dipelajari, lisensi bagaimana internal
auditing diukur, kode etik, program sertifikasi, program untuk diadakannya pelajaran internal auditing, dilema yang dihadapi oleh internal auditor, dan
loyalitas yang terbagi.
Internal audit merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapkan dalam
organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini menilai dan
memeriksa efektivitas kegiatan unit lain. Tanpa fungsi internal audit, dewan
direksi tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja
para manajer.
Untuk dapat tercapainya audit atas aktivitas organisasi secara optimal
diperlukan sistem audit berkualitas (quality auditing systems), dimana syarat pertama dan utama adalah kualitas Auditor Internal itu sendiri. Auditor Internal sering kali mengalami kesulitan dalam menuliskan laporan hasil pemeriksaannya, karena penulisan sebuah laporan pemeriksaan merupakan pekerjaan yang membutuhkan suatu keahlian. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh
Auditor Internal, maka fungsi internal audit sebaiknya mengadakan program
pelatihan dan seminar bagi para auditornya.

Monica mengatakan...

Nama: Monica Wahyuni Putri
Nim: 216.01.0197
MK: Manajemen Risiko dan Investasi

https://drive.google.com/file/d/1-ppgftad8qKElegW35vWVxgn2R6FNKyk/view?usp=drivesdk

Unknown mengatakan...

NAMA : ARDAYANA
NIM : 216.01.0299
KERANGKA PEMIKIRAN
Judul : ANALISIS PENERAPAN ENTERPRISE ARCHITECTUREDALAM INVESTASI PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI.
Saat ini perkembangan teknologi informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dan sekaligus merupakan persyaratan utama bagi organisasi dalam menjalankanbisnisnya.Kenyataan ini memperlihatkan melalui pemanfaatan teknologi informasi yang tepat sasaran telah menjadi pemungkin (enabler) bagi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan meningkatkan daya saingnya(Zarvicet.al., 2006).
Teknologi informasi sudah menjadi agenda penting bagi eksekutif puncak sehingga keputusan dalam pengelolaan teknologi informasi tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab departemen teknologi informasi saja, namun sudah menjadi tanggung jawab korporasi. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan teknologi informasi sudah bersifat menyeluruh dalam area organisasi dan bukan lagi secara parsial.Meskipun demikian, dalam pengelolaan teknologi informasi seringkali terjadi, dimana investasi penerapan teknologi informasi didalam organisasi memiliki arah yang tidak jelas dan bahkan tidak sesuai dengan strategi bisnis organisasi itu sendiri. Hingga saat ini masyarakat dan para praktisi industri masih mengalami kesulitan untuk membuktikan atau memperlihatkan bahwa investasi yang dikeluarkan benar-benar tidak percuma, artinya adanya peningkatan output produk dan jasa yang diciptakan secara signifikan (Strassmann, 1997).
Enterprise Architecture(EA) merupakan suatu praktek manajemen untuk memaksimalkan kontribusi dari sumberdaya organisasi, investasi teknologi informasi, dan aktivitas pembangunan sistem untuk mencapai tujuan kinerjanya (Gronlund, 2009). EA merupakan sebuah pendekatan logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan sistem dan komponen sistem secara bersamaan (Zarvic et.al.,2006).
Pencapaian kesuksesan EA merupakan bagian dari langkah strategis organisasi. Hal ini harus dapat dikomunikasikan dan dikelola pada seluruh gerak langkah organisasi. sebagaiupaya untuk mempengaruhi pengembangan, pemeliharaan, danpenggunaan EA. Architectural principles akanmembentuk prinsip yang pertama dan petunjuk pengambilan keputusan untuk desain dan pengembangan sisteminformasi. Di sini Chief Architec sebagai penghubung antara CIO dan Business Manager mendefinisikan architecturalprinciples yang dimapping ke dalam visi dan perencanaan strategis organisasi. Architecture principles seharusnyamerepresentasikan kebutuhan dasar dan praktis dapat dipercaya untuk membentuk organisasi yang baik. Hal ini sangat penting dan menjadisalah satu usaha supaya nantinya EA yang terbentuk dapat menjadi acuan.
Model koordinasi menyediakan layanan terpadu (integrated service) untuk tiapkelompok pengguna sistem. Keterpaduan tersebut dihasilkan dari berbagi data penting yang digunakan bersama oleh unit-unit bisnis untuk menyajikan satu antarmukauntuk kepentingan bersama. Model koordinasi memberikan kemudahan mengintegrasikan sejumlah proses yang tidak terhitung tanpa memaksakan standarisasi. Dalam model unifikasi, standarisasi dan integrasi proses bisnis diperlukan untukmelayani berbagai unit-unit bisnis.
Menerapkan EA yang baik adalah tantangan bagi sumberdaya manusia, dan bukan hanya sebuah tantangan dari sisi teknologi informasi saja. EA harus berorientasi pada aksi, tidak hanya sekedar konsep teoritis dan harus dikomunikasikan dengan seluruh bagian yang terlibat didalam organisasi. Fokus dari EA harus dapat memberikan nilai untuk pertumbuhan organisasi, merubah budaya organisasi, kinerja dan produktivitas setiap proses bisnis, dan dapat mengeksekusi strategiorganisasi yang lebih luas. Menentukan architecture principles, sebagaiupaya untuk mempengaruhi pengembangan, pemeliharaan, danpenggunaan EA dan memperhatikan faktor non-teknis, yaitu kepemimpinan dalam teknologi informasi, kemampuan komunikasi dan menjadi agen perubahan.Selanjutnya dalam pemilihan model penerapan EA perlu memahami kondisi dari seluruh elemen dan komponen dari organisasi agar adanya komitmen bersama mencapai tujuan bersama.

ERWANDY IRSAL mengatakan...

Nama : erwandy irsal
NIM : 216.01.0420P

Judul penelitian : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERINGKAT OBLIGASI

Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta (Husnan, 1994). Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji dan Hendry, 2008). Di dalam pasar modal Indonesia ada berbagai macam sekuritas, pemodal diberi kesempatan untuk memilih di antara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu sekuritas yang diperdagangkan dipasar modal adalah obligasi. Obligasi merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta kepada investor, dimana utang ini akan dibayarkan pada masa yang ditentukan. Atas pinjaman tersebut investor diberi imbalan berupa bunga. Sebagai salah satu instrument yang dikenal dipasar modal, penerbitan obligasi dari suatu perusahaan merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan pinjaman bank, karena pembayaran bunga padaobligasi lebih rendah dan dapat dibayar secara berkala 6 bulan atau setahun sekali(Hulwati, 2004).
Investasi digolongkan menjadi 2 jenis yaitu investasi dalam surat kepemilikan (saham) dan investasi dalam surat hutang (obligasi). Ikhsan, et al (2012:115) menyatakanbahwa investor lebih memilih berinvestasi pada obligasi dibanding saham karena 2 alasan,yaitu : 1) volatilitas saham lebih tinggi dibanding obligasi sehingga mengurangi daya tarikinvestasi pada saham, dan 2) obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positifdengan pendapatan tetap (fixed income).
Peringkat obligasi penting karena obligasi dengan peringkat yang rendah biasanya memiliki biaya bunga yang lebih tinggi. Tetapi, penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa peringkat obligasi kurang mencerminkan risiko obligasi. Harga saham dan harga obligasi dari suatu perusahaan tidak memperlihatkan efek yang abnormal diakibatkan oleh perubahan peringkat. Hal ini mungkin disebabkan karena peringkat obligasi didasarkan pada informasi yang tersedia di publik dan tidak menambahkan informasi baru bagi pasar (Ross et al., 2008).

Serli Konstantina mengatakan...

Nama ; Serli Konstantina

Judul : Analisa Manajemen Portofolio Investasi Reksadana Syari’ahditinjau Dari Strategi Investasi Berdasarkan Resiko Investasi Dan Pengukuran Kinerja

Pengertian reksa dana

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jakarta Islamic Index ( JII ) merupakan wadah surat-surat berharga dalam pasar modal yang hanya di batasi pada sekuritas yang sesuai dengan prinsip syari’ah. Dalam JII terdapat 30 saham yang sudah dinilai sesuai dengan kriteria syari’ah dan memungkinkan untuk berubah setelah adanya penilaian secara berkala.

Manfaat dan Resiko Reksadana Syari’ah yakni

a. Mendapat deviden

b. Distribusi laba capital (capital gain distribution), merupakan keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang reksadana untuk tiap lembar saham yang dimiliki.

c. Difersifikasi investasi dan penyebaran resiko

d. Biaya rendah

e. Harga reksadana tidak begitu tergantung dengan harga saham dibursa

Sedangkan resiko yang terkandung dalam reksadana adalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya nilai unit penyertaan

b. Resiko likuiditas

c. Resiko politik dan ekonomi

Berinvestasi di Reksadana Syariah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu membeli melalui Manajer Investasi secara langsung atau melalui Bank Agen Penjual yang menawarkan produk reksadana syariah. Umumnya, produk ini lebih banyak dijumpai di bank syariah, namun beberapa tahun belakangan juga sudah mulai di jual di bank konvensional.

Reksadana Syari’ah menandakan bahwa dalam pengelolaan tersebut Manajer Investasi menganut prinsip syari’ah, seperti:

a. Hanya membeli saham, obligasi, dan pasar uang yang masuk dalam Daftar Efek Syari’ah dan sesuai dengan prinsip syari’ah.

b. Melakukan Cleansing

c. Adanya Dewan Pengawas syari’ah (DPS) yang

Egha puspitasari mengatakan...

Nama : Egha Puspitasari
Nim : 216.01.0199

judul : Perbandingan Perhitungan Value at Risk Pada Indeks JII dan Indeks LQ45 dengan Metode
Simulasi Historis

Kerangka Pemikiran
Investor dalam menanamkan modalnya harus mengetahu risiko yang
akanditanggung, khususnya bagi investor yang ingin menanamkan modalnya
dalam bentuk saham. Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu
perusahaan atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu saham. Saham
mempunyai sifat high-risk high-return, yang mana keuntungan yang tinggi akan
disertai oleh risiko yang tinggi pula. Harga saham di pasar modal sangat
berfluktuatif, sehingga mengharuskan investor untuk melakukan analisis sebelum
melakukan investasi pada suatu saham untuk meminimalis kerugian yang akan
ditanggung
Terdapat beberapa metode untuk menghitung risiko. Tren saat ini yaitu Value at
Risk (VaR) merupakan suatu metode pengukuran risiko secara statistik yang
memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portofolio
pada tingkat kepercayaan (level of confidence) tertentu. Salah satu metode untuk
menghitung VaR yaitu dengan metode simulasi historis. Metode simulasi historis
adalah pendekatan metode simulasi historis merupakan model perhitungan nilai
VaR yang ditentukan oleh nilai masa lalu (histories) atas return asset yang
dihasilkan. Jika diketahui atau dimiliki data base nilai historis masa lalu yang
semakin banyak, maka hasil perhitungan nilai VaR yang dihasilkan akan semakin
baik.
Alasan dipilihnya indeks JII dan indeks LQ45 sebagai sampel dalam penelitian ini
yaitu untuk membandingkan besarnya VaR pada indeks yang bersifat syariah dan
konvensional. Sebelum menghitung VaR terlebih dahulu adalah menghitung
return dan risiko masing-masing saham. Dalam penelitian ini akan
membandingkan nilai VaR pada indeksi JII dan LQ45. Maka sebelumnya akan
terlebih dahulu melakukan rangking terhadap saham-saham yang terdapat
dimasing-masing indeks, dengan tujuan akan mengambil enam saham dengan
return terbesar. Setelah mendapatkan return masing-masing saham dan
menghitung nilai VaR maka selanjutnya melakukan penghitungan menggunakan
metode simulasi historis. Nilai eksposure dan VaR masing-masing saham pada
indeks dihitung terlebih dahulu, kemudian diambil rata-rata untuk dibandingkan.
Uraian diatas dapat digambarkan dalam bagan kerangka pikir berikut ini:

Mulai Penetapan dan Penentuan Data
JII LQ45
Menghitung Return dan Risiko
Masing-Masing Saham
Menghitung Nilai VaR
Metode Simulasi Historis
Analisis
Kesimpulan dan Saran

Egha puspitasari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Egha puspitasari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Egha puspitasari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

HOT NEWS: TOLONG ISI SURVEY INI

OPEN SURVEY, please give your response

If you are a low level manager in the credit department, both in Cooperatives, Insurance, and Leasing. please take your time to fill out th...

POSTINGAN POPULER